Proposal Penelitian


Proposal Penelitian
Analisis Wacana Kritis Terhadap Tajuk Rencana pada Surat Kabar Harian Sumatera  Ekspres Edisi 14-30 April 2008

1.        Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari mustahil untuk dipisahkan. Salah satu sarana yang dapat mengikat hubungan sosial antara manusia adalah manusia tidak dapat menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya. Hal ini disebabkan bahasa merupakan sistem lambang yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan (Poerwadarminta, 2006:80). Pikiran yang berupa ide atau pendapat–pendapat tersebut akan lebih komunikatif jika disampaikan melalui bahasa.
Selain sebagai alat interaksi sosial antarmanusia, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan, fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia. Fungsi ini mencakup lima fungsi dasar bahasa, yaitu: (1) fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain, (2) fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan, (3) fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik, (4) fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin, (5) fungsi ekspresi. Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan, sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan (Chaer, 2003:33).
Bila dipelajari lebih lanjut, bahasa memegang peranan yang penting sebagai alat komunikasi antarmanusia untuk berbagai keperluan dan tujuan. Berbagai tujuan dan keperluan itu dapat tersampaikan secara efektif dan maksimal jika menggunakan ragam atau cara yang yang tepat. Sebagai alat komunikasi antarmanusia, bahasa terdiri dari dua ragam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Informasi secara lisan (ragam lisan) terjadi apabila pemberi informasi (penutur) berhadapan langsung dengan penerima informasi (petutur). Artinya, petutur mendengarkan secara langsung suara penutur. Selain berbicara secara tatap muka, informasi secara lisan juga dapat menggunakan sarana seperti telepon, telepon selular, radio, televisi dan sebagainya. Sebaliknya, informasi secara tulis (ragam tulis) terjadi bila diantara si pemberi informasi (penulis) dan si penerima informasi (pembaca) tidak berhadapan secara langsung atau tidak menggunakan media seperti dalam ragam lisan. Media yang digunakan pada ragam tulis adalah tulisan yang berisi informasi dari penulis. Tulisan yang dimaksud dapat berupa rangkaian kata atau gambar yang memiliki arti (Zulkarnain dalam Januar, 2003:1). Pada ragam tulis diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam penulisan karena dalam penulisan ragam tulis tidak disertai dengan gerakan oleh pemberi informasi.
Salah satu media penyampai informasi secara tulis yang dikenal masyarakat adalah koran atau harian surat kabar. Koran berasal dari bahasa Perancis, yaitu courant yang berarti ‘berjalan’. Koran atau (harian) surat kabar adalah sarana komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyebar segala berita (Shadily, 1992:1871). Dalam surat kabar atau koran, informasi yang diberikan dapat berupa berita dan opini. Selain itu juga terdapat karikatur, tulisan sastra, foto-foto, dan sebagainya yang berisikan informasi.
Media massa juga merupakan salah satu saluran komunikasi politik dan sosial pada suatu masyarakat. Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2004:88). Di lain pihak, media massa juga merupakan produsen informasi politik dan sosial yang harus setia kepada “pemilik” informasi itu.
Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menggunakan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik (Sobur, 2004:88).
Bagi analisis wacana kritis, tidak ada media massa yang “benar-benar” netral. Dalam setiap kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi informasi, terdapat kepentingan yang harus dipenuhi oleh media massa. Dalam Rangka pemenuhan kepentingan inilah yang membuat media massa menjadi tidak benar-benar netral, tetapi “berpihak”. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa isi media massa memang tidaklah netral.
Tiap-tiap media massa memiliki ideologi tersembunyi. Oleh karena itu, ideologi tersebut dapat tercermin dari tulisan di media itu, apakah itu berupa tajuk rencana, berita, atau karangan khas (feature). Ideologi itu dapat ditelusuri melalui berbagai aspek tulisan, dari skema, penataan topik, penggunaan bahasa, sampai pada pemanfaatan grafika, seperti ukuran huruf, warna, dan tata letak. Inilah yang menjadi objek kajian analisis wacana kritis pada media massa cetak.
Media massa terbitan Palembang merupakan subsistem dari politik media massa nasional ataupun global. Oleh karena itu, apa yang disajikan pada media massa terbitan Palembang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemilik media massa di tingkat nasional ataupun global. Hal ini tidak hanya terlihat dari fakta bahwa beberapa media massa terbitan Palembang secara resmi berafiliasi pada kelompok penerbitan nasional, tetapi yang lebih penting adalah adanya tuntutan konsumen agar aspirasi mereka dapat dipenuhi oleh media massa terbitan daerah (Purnomo, 2003)
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menganalisis teks media adalah analisis wacana kritis (AWK). Pada suatu makalahnya, Purnomo (dalam Puspa Ragam Bahasa dan Sastra, 2006:3) mengungkapkan, “apabila analisis wacana yang hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain”. Nyatanya AWK merupakan pengembangan dari analisis wacana (biasa) yang melihat lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu teks.
Penelitian mengenai analisis wacana pada terhadap media massa sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Unsri, diantaranya Nouval A.S dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Teks berita di Sumatera Ekspres Edisi Januari-Maret 2003”. Penelitian tersebut menganalisis tentang kekerasan terhadap wanita dalam pemberitaan yaitu kekerasan seksual, fisik, ekonomi dan psikis. Penelitian ini menggunakan model analisis wacana van Djik dan membahas struktur mikro dengan elemen-elemennya yang meliputi: detil, latar, maksud, koherensi kondisional, pengingkaran bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, dan metafora.
Yun Risnawati pada tahun 2006 juga melakukan penelitian serupa dengan judul “Analisis Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita pada Sumatera Ekspres Periode September-Desember 2005: Kajian Stilistik”. Wahdaniah pada tahun 2008 melakukan penelitian yang sama dengan judul “Analisis Wacana Kritis Tajuk Rencana pada Media Massa Cetak Terbitan Palembang”.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (oleh Wahdaniah) yaitu sama-sama membahas analisis wacana kritis terhadap tajuk rencana pada media massa cetak terbitan Palembang. Perbedaannya yaitu pada media massa yang diteliti. Jika penelitian sebelumnya menggunakan empat media massa cetak terbitan Palembang, yaitu Sumatera Ekspres, Berita Pagi, Tranparan, dan Sriwijaya Post, sedangkan peneliti hanya satu media massa, yaitu Sumatera Ekspres. Alasan peneliti hanya menggunakan satu media massa yaitu, Sumatera Ekspress karena Sumatera Ekspres adalah salah satu media grup Jawa Pos yang wilayah edarnya ada di Sumsel dengan jumlah pembaca lebih dari 140 ribu tiap harinya dan penjualan yang mencapai 75 ribu eksemplar per hari (www.sumeks.co.id). 
Peneliti memilih tajuk rencana sebagai objek penelitian karena tajuk rencana adalah penyajian suatu fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan dapat mempengaruhi pembaca. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk rencana merupakan karangan pokok dalam surat kabar dan majalah. Setiap surat kabar terbit pada umumnya menyajikan tajuk rencana yang menjadi berita hangat dalam masyarakat dan menyampaikan visi atau pandangan redaksi mengenai topik yang dibahas (www.kabarindonesia.com).
Waktu penerbitan yang menjadi fokus pengambilan data adalah periode 14-30 April 2008. Hal ini disebabkan karena banyak peristiwa yang menjadi topik perbincangan utama di kalangan publik. Seperti kasus naiknya harga BBM. Pada kasus harga BBM yang harus naik (28/4) nampak jika Sumatera Ekspres mengandung keberpihakan terhadap pemerintah. Peristiwa tersebut tidak hanya menjadi topik utama perbincangan masyarakat Palembang, tetapi juga seluruh Indonesia, bahkan dunia, sehingga banyak tajuk rencana yang merupakan opini redaksi yang menulis topik utama yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pemaparan sebelumnya yang mengatakan bahwa ideologi yang tersembunyi dalam sebuah media massa lokal tidak hanya mencerminkan ideologi dengan aspirasi lokal, tetapi juga nasional, dan global.

2.         Masalah
Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah ideologi apa saja yang tersembunyi dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres, dan bagaimana strategi penulis menyampaikan ideologinya dilihat dari (a) super struktur, (b) stuktur makro, dan (c) stuktur mikro.
 
3.         Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)      Mendeskripsikan ideologi yang tersembunyi dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres.
2)      Mendeskripsikan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) super stuktur, (b) struktur makro, dan (c) stuktur mikro.

4.         Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat diarahkan pada hal-hal sebagai berikut. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis wacana media massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana Bahasa Indonesia.


5.         Tinjauan Pustaka
5.1  Analisis Wacana
Analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik stuktural). Linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan stuktur-stuktur kalimat tanpa memperhatikan analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik tradisional, analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan stuktur  pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit. Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan unit-unit hierarkis yang membentuk suatu stuktur diskursif (Milis dalam Sobur, 2004).
Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, berarti di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat dipahami tanpa keraguan oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) (Suladi, dkk, 2000:2). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah kesatuan bahasa yang lengkap yang membentuk kesatuan bahasa yang dapat berupa komunikasi dalam bentuk lisan ataupun tertulis.

5.2  Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis (AWK) merupakan penerapan analisis wacana dengan perspektif interdisipliner. Apabila analisis wacana hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain. Dalam praktik analisisnya AWK memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa), tetap dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Beberapa sarana analisis wacana yang dimanfaatkan dalam AWK adalah stuktur makro, yang meliputi antara lain tematik: tema/topik; dan struktur mikro yang meliputi semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik. Beberapa topik AWK yang penting adalah ideologi, pengetahuan, struktur, intraksi dan makna.
Teori analisis wacana kritis (AWK) dikembangkan oleh Teun A. Van Djik yang merupakan pelopor analisis wacana. Analisis wacana kritis merupakan perspektif baru dalam analisis wacana (biasa). Penerapan yang dilakukan AWK menggunakan pendekatan interdisipliner dengan proses penafsiran yang lebih sensitif dan kritis. Eriyanto dalam Purnomo (2006:18) juga menyatakan, analisis wacana kritis berusaha untuk memahami wacana bukan hanya dari aspek kebahasaannya saja, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu, termasuk didalamnya praktek kekuasaan.
Analisis wacana kritis dalam praktik analisisnya memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa) tetapi dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Analisis wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu: wacana berada dalam situasi sosial tertentu. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis.

5.3   Ideologi
Ideologi adalah sistem kepercayaan yang dimiliki bersama oleh kelompok sosial (Purnomo, 2003:47). Teori tentang ideologi yang baru dan bersifat multidisiplin, yang didefinisikan sebagai fondasi perwujudan sosial bersama dari suatu kelompok sosial. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan meligitimasi dominasi mereka.
Menurut Purnomo (2006:12), ideologi merupakan topik penting dalam AWK karena menurut AWK, ideologi selalu mewarnai produksi wacana. Tidak ada wacana yang benar-benar netral atau “objektif” atau steril dari ideologi penutur atau pembuatnya. Apakah itu wacana ilmiah, jurnalistik, atau sastra, apakah itu wacana ekspositoris, procedural, naratif, atau hartatori, selalu mencerminkan atau sekurang-kurangnya “mengandung” ideologi pembuatnya.
Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan memersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki sehingga tampak absah dan benar.
Surbakti dalam Sobur (2004:65-66) menyatakan, ideology dibagi menjadi dua yakni secara fungsional dan secara structural. Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik, sedangkan struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil pengusaha.
Dalam suatu artikelnya, van Djik mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan tentang ideologi. Pendekatan yang lebih tradisional menyatakan bahwa ideologi didefinisikan secara negatif sebagai kepercayaan yang menyesatkan (misguised belief) atau kesadaran yang salah (false consciousness). Lebih lanjut dikatakan, dalam karya yang lebih mutakhir, seperti dalam ilmu politik dan psikologi sosial, ideologi didefinisikan hanya sebagai sistem kepercayaan (van Djik dalam Purnomo, 2006:12).
Seperti yang dikemukakan oleh van Djik, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Pengetahuan awal dari penulis sangat berkaitan dengan ideologi yang akan timbul dan memunculkan wacana yang juga akan memengaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca. Ideologi mencakup dua jenis yaitu keberpihakan dan ketidakberpihakan.
Untuk keperluan analisis, Eriyanto dalam Purnomo (2006:19) menyederhanakan pandangan van Djik untuk analisis berita media massa sebagai berikut:
Sruktur wacana
Hal yang diamati
Elemen
Struktur Makro
Tematik:
Tema/topik yang dikedepankan dalam berita
Topik
Superstruktur
Skematik: bagaimana bagian dan urutan berita dikemaskan
Skema
Struktur Mikro
Semantik: makna yang ditekankan dalam teks berita

Sintaksis: bagaimana bentuk kalimat yang digunakan

Stilistik: bagaimana pilihan kata yang digunakan

Retorik
Latar, detil, praanggapan,nominalisasi

Bentuk kalimat, koherensi,
kata ganti

Leksikon


Grafis,metafora,ekspresi

Eriyanto lebih menyederhanakan dan lebih sistematis. Hal ini dikarenakan satuan tersebut hanya digunakan untuk analisis berita media massa seperti yang telah dilakukannya sendiri, sedangkan yang dikemukakan oleh van Djik itu digunakan untuk analisis bahasa politik, dan lebih komprehensif cakupannnya.
a.       Struktur Makro
Tematik : Tema/topik yang dikedepankan dalam berita
Tematik : gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Dominan, sentral dan paling penting dalam isi berita.
Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut sebagai tema atau topik. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Topik menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Misalnya, suatu teks berita mengenai demonstrasi mahasiswa. Tema utama dari berita tersebut adalah demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan sudah menggunakan cara-cara kekerasan (Eriyanto, 2001:229-230).
b.      Superstruktur
Eriyanto (2001:231) menyatakan, teks atau wacana umumnya mempunyai skema dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesamaan arti. Skematik terdiri dari dua elemen yakni;
1.      Summary yang ditandai dengan dua elemen judul, elemen skema ini merupakan elemen yang dipandang paling penting dan lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap.
2.      Story yakni isi berita secara keseluruhan, yang mempunyai dua sub kategori yakni;
2.1  Proses atau jalannnya peristiwa, terdiri dari dua bagian;
-          Mengenai episode atau kisah utama dari peristiwa tersebut.
-          Latar untuk mendukung episode yang disajikan kepada khalayak.
Misalnya, berita mengenai demonstrasi secara hipotik umumnya terdiri dari episode demonstrasi mahasiswa tersebut. Episode ini umumnya juga akan didukung oleh latar, misalnya dengan mengatakan ini demonstrasi kesekian atau kenapa tuntutan tersebut digelar mahasiswa.
2.2  Komentar yang ditampilkan dalam teks, menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik terdiri atas dua bagian:
-          Reaksi atau komentar verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan
-          Kesimpulan yang diambil oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh.
Misalnya, dalam demonstrasi mahasiswa yang berakhir dengan bentrokan antar mahasiswa dengan polisi. Wartawan mewawancarai empat orang ahli sosial dan politik mengenai peristiwa tersebut (dengan mengatakan misalnya, bahwa pengamat sosial menganggap demonstrasi mahasiswa sudah menjurus anarkis) dan bagian lain komentar atau kutipan dari pendapat pengamat sosial tersebut yang ditampilkan dalam teks berita (Eriyanto, 2001:231-233).
c.       Struktur Mikro
Semantik: makna yang ditekankan dalam teks berita. Misalnya dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
1.         Latar: bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ditampilkan. Ketika menulis berita, seorang wartawan biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis. Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa. Contoh;
Setuju: keberhasilan berbagai gerakan mahasiswa dalam melakukan perubahan
Tidak setuju: berbagai kerusuhan selama terjadinya demonstrasi mahasiswa.
2.         Detil: strategi wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.
Ketelitian dari keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana diuraikan secara panjang lebar dan bagian mana yang diuraikan sedikit.
Contoh: detil mahasiswa
Dalam demonstrasi menentang RUU PKB kemarin, terjadi bentrok antara mahasiswa dengan aparat keamanan. Mahasiswa yang berdemonstrasi tampaknya sadar bakal terjadi bentrokan. Mereka melengkapi diri dengan pentungan, rotan, ketapel, bahkan bom molotov. Sebuah bom molotov yang dilempar demonstran sempat mengenai aparat keamanan.
3.      Praanggapan: pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, sebagai upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya. Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak perlu dipertanyakan.
4.      Nominalisasi: Merupakan strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan  kelompok atau aktor sosial tertentu. Strategi ini mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina).
Contoh: Menangkap ® Penangkapan
5.      Sintaksis bagaimana bentuk kalimat yang digunakan (bentuk kalimat, aktif dan pasif, deduktif dan induktif). Bentuk kalimat disini dimaksudkan adalah kalimat aktif atau kalimat pasif. Kalimat aktif umumnya digunakan agar seseorang menjadi subjek dari tanggapannya. Sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang menjadi objek. Contoh;
Aktif: Polisi membunuh mahasiswa
Pasif: Mahasiswa dibunuh polisi
Deduktif: Sementara mahasiswa ditembaki, anggota MPR sibuk sidang
Induktif: Anggota MPR sibuk sidang, sementara mahasiswa ditembaki
6.      Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern “dan/akibat”.
7.      Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan posisi seseorang dalam wacana. Contoh:
Saya ® merupakan sikap resmi komunikator semata-mata
Kita ® representasi dari sikap bersama
8.      Stilistik : bagaimana pilihan kata yang digunakan. Leksikon, menandakan bagaimana seorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Contoh: Kata “meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir.
9.      Retorik
·           Grafis, bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang dianggap penting. Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibedakan, seperti huruf tebal, miring, garis bawah, ukuran yang lebih besar, penggunaan grafik, gambar atau table.
·           Metafora, bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks yang menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan  utama.

5.4  Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat (www.kabarindonesia.com).
Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Teks wacana yang berupa tajuk pada umumnya diawali dengan hal-hal yang tidak pokok atau pendahuluan yang memberikan gambaran dan membawa pembaca pada jalan pikiran penulis dilanjutkan dengan analisis permasalahan. Pada bagian akhir, disimpulkan hasil penganalisisan permasalahan secara logis atau “klimaks” (Suladi, dkk. 2000:20).

6.        Metodelogi Penelitian
6.1  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode linguistik deskriptif. Linguistik deskriptif mencatat semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada. Linguistik deskriptif meneliti dan memberikan semua sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Linguistik deskriptif meneliti dan memberikan keseluruhan sistem suatu bahasa tertentu sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang nyata.
Selain itu, penelitian ini dilanjutkan dengan menggunakan metode paradigma kritis. Analisis paradigma kritis mendasarkan diri pada penafsiran peneliti pada teks. Paradigma kritis lebih ke penafsiran karena penafsiran kita dapatkan dunia dalam, masuk menyelami teks, dan menyingkap makna yang ada di baliknya (Eriyanto, 2001:61). Untuk lebih memahami makna yang tersembunyi dari suatu teks dengan menghubungkannya pada konteks yang terkait dalam situasi maka digunakanlah analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA).

6.2   Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah tajuk rencana surat kabar harian Sumatera Ekspres periode 14-30 April 2008, yang didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :
1.         Rubrik itu mencakup sebagian besar isi terbitan
2.         Rubrik itu diproduksi oleh pemilik media dan jajarannya
3.         Rubrik itu menggambarkan aspirasi lokal, nasional dan global
Data yang telah dikumpulkan berjumlah 4 tajuk rencana, yaitu edisi Senin (14/4), Rabu (16/4), Selasa (22/4), dan Senin (28/4). Lebih lanjut tajuk rencana pada Sumatera Ekspres disebut dengan pandangan kami.

6.3  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yakni teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis. Sumber-sumber tertulis itu berwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, buku perundangan-undangan. Di dalam surat kabar biasanya terdapat ragam tajuk, ragam berita, dan ragam pojok.


6.4  Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan prosedur yang sesuai dengan prosedur analisis wacana kritis seperti yang dikemukakan oleh Eriyanto dalam Purnomo (2006:19). Satuan analisis meliputi superstruktur, struktur makro dan struktur mikro.
Langkah-langkah analisis data adalah sebagai berikut:
1.      Mengambil rubrik surat kabar yang dianalisis, dalam hal ini tajuk rencana
2.      Mengidentifikasi ideologi berdasarkan analisis struktur makro, yaitu bagaimana tema atau topik dikedepankan atau ditonjolkan dalam tajuk rencana.
3.      Mengidentifikasikan ideologi berdasarkan analisis superstruktur, yaitu bagaimana isi tajuk rencana diskemakan dari judul, lead, pokok tajuk rencana, rincian sampai penutup.
Pada tahap ini, proses identifikasi ideologi berdasarkan pemilihan judul dan penguraian bagian-bagiannya seperti lead, pokok tajuk rencana, serta penutup. Semua elemen-elemen tersebut akan saling bertautan membentuk suatu ideologi dari wartawan.
4.      Mengidentifikasikan ideologi berdasarkan analisis struktur mikro, yaitu analisis semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik.
Pada tahap ini, pengidentifikasian ideologi dianalisis dari struktur mikro seperti, semantik (latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi), sintaksis (bentuk kalimat, koherensi, dan kata ganti), stilistik (leksikon), dan retorik (grafis, metafora, dan ekspresi).
5.      Menyimpulkan strategi keberpihakan dari setiap pemberitaan berdasarkan hasil analisis struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
6.      Mengelompokkan ideologi berdasarkan criteria tertentu, misalnya polarisasinya, aspirasinya, dan keterkaitannya dengan “pemilik” surat kabar itu.
7.      Melakukan pembahasan
8.      Menarik kesimpulan

6.5  Contoh Analisis Data
Pada tajuk rencana Sumatera Ekspres yang dikenal dengan Pandangan Kami edisi Senin, 14 April 2008 memuat tentang “Peluang Daerah dalam UU Pelayaran”.

Struktur Wacana
Hal yang Diamati
Struktur Makro
Tema/topik: peluang daerah dari revisi UU tentang pelayaran yang membuat PT Pelabuhan Indonesia kehilangan hak monopoli
Superstruktur
Skematik: diawali dengan disahkan dalam sidang paripurna DPR revisi UU tentang pelayaran, kemudian demo di pelabuhan-pelabuhan Indonesia karena takut PT Pelabuhan Indonesia akan mem-PHK-kan karyawannya dan klimaksnya terjadinya konflik perebutan pengelolaan pelabuhan antara Pelindo dan daerah yang memiliki garis pantai dan pelabuhan.
Struktur Mikro
Semantik: Pelindo kehilangan hak monopoli, kemungkinan terjadi PHK.
Retorik: kata “revisi” pada awal kalimat karena semenjak diberlakukan revisi tersebut memicu adanya konflik antara Pelindo dan perusahaan swasta

Dari uraian berdasarkan struktur wacana yang terlihat pada kalimat “Dengan tercabutnya hak monopoli Pelindo, mungkinkah PHK besar-besaran terjadi? Jawaban untuk pertanyaan yang satu ini bergantung pada kinerja dan manajemen Pelindo. Dengan kewenangan sebatas operator, Pelindo harus meningkatkan pelayanan untuk bersaing dengan swasta lain. Kekalahan persaingan kinerjalah yang bisa berujung PHK pada karyawannya”. Nampak pada kalimat tersebut Sumatera Ekspres “berpihak” kepada pemerintah karena tidak mengatakan secara langsung konflik yang terjadi saat perebutan pengelolaan pelabuhan antara Pelindo dan daerah yang memiliki garis pantai dan pelabuhan. Pemerintah ditutup-tutupi seolah hanya menjadi penengah terhadap masalah yang ada padahal masalah yang timbul itu karena pemerintah sendirin yang mengubah UU Pelayaran.

7.        Langkah dan Jadwal Penelitian
7.1   Langkah Penelitian
1.      Persiapan
a.       Studi pustaka
b.      Pembuatan rancangan penelitian
2.      Tahap pengambilan data
a.       Mencari dan mengumpulkan tajuk rencana pada surat kabar harian Sumatera Ekspres.
b.      Mendata ideologi berdasarkan analisis superstruktur, yaitu bagaimana isi berita diskemakan dari judul, lead, pokok berita, rincian, sampai penutup.
c.       Memeriksa data
d.      Pengelompokan data, mengklasifikasikan data berdasarkan ideologinya.
3.      Tahap analisis data
a.       Mendata ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro
b.      Menganalisis ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro
c.       Menarik kesimpulan hasil analisis ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro.





7.2  Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
1
Persiapan

X
 

X

X

  



2
Pengumpulan data



3
Pengolahan data

X

4
Penyusunan laporan


X























































8.        Hasil Penelitian dan Pembahasan
8.1         Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini yang dibahas adalah analisis wacana tajuk rencana terhadap surat kabar harian Sumatera Ekspres edisi 14-30 April 2008. Aspek yang diteliti yakni ideologi apa saja yang tersembunyi dalam tajuk rencana dan bagaimana strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
Ada dua jenis ideologi yakni ideologi pro (keberpihakan) dan ideologi kontra (ketidakberpihakan) yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal dari pembaca.
Selanjutnya strategi penulis menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Yang pertama, struktur makro yang mengedepankan elemen tematik atau topic. Yang kedua, level superstruktur yang membahas skematik. Level yang ketiga adalah struktur mikro dengan elemen-elemennya yaitu latar, detil, maksud, koherensi, kondisional, koherensi pembeda, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, grafis, metafora, dan ekspresi.


8.1.1   Jenis Ideologi yang Tersembunyi dalam Tajuk Rencana
Ideologi merupakan kumpulan ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat dan memberikan pengaruh yang besar yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal dari pembaca. Berdasarkan jenisnya ideologi terbagi atas dua jenis yakni:

1.        Pro atau keberpihakan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pro atau berpihak pada pemerintah atau instansi kepemerintahan seperti; Presiden, Menteri, DPR, Mahkamah Agung, BUMN, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Seperti contoh berikut:

Judul
Peluang Daerah dalam UU Pelayaran (Sumeks, 14 April 2008)
Detil
Dengan UU baru, Pelindo kehilangan hak monopoli sehingga pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur pengelolaan pelabuhan.
Leksikon
Pelindo hanya operator

Pada kutipan diatas, pada detil wartawan menguraikan proses kehilangan hak dari Pelindo kepada pemerintah. Dengan begitu terlihat ideology dalam elemen detil bahwa penulis berpihak pada pemerintah.
Pada elemen leksikon penggunaan kata operator dimaksudkan untuk mengartikan bahwa Pelindo telah menjadi penyedia jasa bagi pelayaran dengan mengelola pelabuhan yang dikendalikan oleh pemerintah.

2.        Kontra atau ketakberpihakan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
     Kontra atau ketakberpihakan pada pemerintah atau instansi kepemerintahan seperti; Presiden, Menteri, DPR, Mahkamah Agung, BUMN, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Seperti contoh berikut:
Judul
Memutus Mata Rantai IPDN (Sumeks, 22 April 2008)
Latar
Kekerasan pada kampus di Jatinangor, Sumedang itu sangat melukai publik. Pemerintah hanya membekukan penerimaan praja baru dalam satu tahun.
Kata ganti
Yang harus kita ingat, pada 2003—saat praja Wahyu Hidayat tewas—bukankah sekolah tersebut dirombak.
Detil
IPDN harus dirombak total. Jangan ulangi kegagalan pembenahan pada 2003. Daripada gagal bila tidak mempunyai konsep jelas, lebih baik. Bubarkan.
    
Berdasarkan kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa latar yang disajikan adalah kurang bijaknya keputusan pemerintah yang hanya memberikan hukuman dengan pembekuan penerimaan praja baru dalam satu tahun.
     Pada detil, pemerintah harus lebih serius menanggapi tingkah-tingkah siswa IPDN agar tidak terjadi kesalahan yang sama ditahun ajaran baru nantinya.
     Pada elemen kata “kita” untuk memersuasi pembaca agar sepakat dengan pendapatnya dalam mendukung kegiatan yang kemungkinan sia-sia dilakukan pemerintah.

8.1.2        Strategi Penulis Menyembunyikan Ideologi
Dari seluruh data yang diperoleh mengenai strategi penulis menyembunyikan ideologi dalam tajuk rencana pada Sumatera Ekspress edisi 14-30 April 2008, dapat diketahui adanya strategi penulis menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Lebih jelasnya perhatikan elemen-elemen struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro berikut ini;
8.1.2.1  Struktur Makro
Topik atau tema menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam pemberitaanya dan menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari isi suatu berita. Dalam data elemen topik terdapat contoh yang berideologikan pada pemerintah.

No
Harian, tanggal
Judul
Topik
Ideologi
1
Senin, 14 April 2008
Peluang Daerah dalam UU Pelayaran
Pelindo kehilangan hak monopoli sehingga pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur pengelolaan pelabuhan.
Pro Pemerintah
2
Rabu, 16 April 2008
Jaga Tren Positif
Pertumbuhan ekonomi 2008 memiliki resiko tak mencapai target, pemerintah harus bekerja keras untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 6,4 persen.
Pro Pemerintah
3
Selasa, 22 April 2008
Memutus Mata Rantai IPDN
IPDN harus bisa dikendalikan dibawah Diknas untuk dirombak menjadi sistem perguruan tinggi lainnya.
Kontra Pemerintah

4
Senin, 28 April 2008
Harga BBM Harus Naik
Pemerintah mengikuti harga minyak dunia
Pro Pemerintah

8.1.2.2       Struktur Mikro
Struktur mikro dalam teks merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata atau kalimat yang dipakai oleh suatu teks. Teks pada tingkatan struktur mikro terdiri atas beberapa elemen antara lain yaitu, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional, koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, grafis, metafora, dan ekspresi.
Dari elemen-elemen struktur mikro tersebut, ada beberapa hal yang dapat diamati yaitu:
1. Semantik, yaitu makna yang ingin ditekankan dalam teks berita, dengan  elemennya latar, detil, maksud dan praanggapan.
2. Sintaksis, yaitu bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih, dengan elemennya bentuk kalimat, koherensi dan kata ganti.
3. Stilistik, yaitu bagaimana pilihan kata yang dipakai dala teks berita, dengan elemennya leksikon.
4. Retoris, yaitu bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan, dengan elemennya grafis, metafora dan ekspresi.

Makna Elemen-elemen Struktur Mikro
Dari seluruh data yang diperoleh mengenai elemen-elemen struktur mikro yang terkandung dalam teks tajuk rencana pada Sumatera Ekspres, dapat diketahui adanya strategi penulis dalam menyembunyikan ideologinya. Untuk mengetahui hal itu, dilakukanlah pemaknaan terhadap elemen-elemen struktur mikro yang terkandung dalam teks berita tersebut. Lebih jelasnya perhatikan pemaknaan elemen-elemen struktur mikro berikut ini.

-                 Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat mempengaruhi semantik (arti) yang ingin disampaikan. Latar yang dipilih menentukan kearah mana pandangan khalayak akan dibawa.
Akhir 2007 dan 2008, harga saham dinilai sudah kelewat tinggi (overvalue) sehingga rawan terkoreksi. Itu benar-benar terjadi tiga pekan terakhir. Bahkan, indeks Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan ini mencium titik terendah dalam delapan bulan. Indikasi lain adalah paralelnya kondisi sektor riil dengan sektor inflasi. (Sumeks, 16/04/08 “Jaga Tren Positif”).
Data di atas, penulis berpendapat bahwa harga saham yang terus naik yang dibarengi juga melemahnya pada sektor riil dan sektor inflasi. Hal ini menimbulkan opini pembaca,  rupiah tidak akan bisa menguat dibarengi dengan susahnya ekspansi usaha yang akan dijalani jika harga saham terus melonjak tinggi.

-                 Maksud
Elemen maksud yaitu melihat informasi yang menguntungkan komunikator diuraikan penulis (wartawan) secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan secara tersamar dan implisit.

Dari situ, kita melihat pemerintah memang harus bekerja keras untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 6,4 persen. Jika meleset, dampaknya pada penerimaan pajak sungguh luar biasa. Bila target penerimaan pajak sungguh luar biasa. Bila target penerimaan tak mencapai sasaran, deficit anggaran yang ditetapkan bisa membengkak. (Sumeks, 16/04/08 “Jaga Tren Positif”).

Dari kutipan di atas tergambar maksud penulis bahwa penulis pro terhadap pemerintah dengan menekankan bahwa pemerintah yang bekerja keras untuk pertumbuhan ekonomi Negara.

8.1.2.3  Superstruktur
Teks atau wacana umumnya mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Skematik terdiri dari 2 elemen yakni: Summary (isi berita) dan lead (teras berita).
1.      Berpihak pada pemerintah
Judul
Harga BBM Harus Naik (Sumeks, 28 April 2008)
Pokok tajuk rencana
Isi tajuk rencana diawali dengan pemerintah masih berusaha mencari celah menghindari kebijakan yang tidak populis.
Penutup
Pada bagian penutup wartawan memberi saran menaikkan harga BBM tentu akan memancing reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat. Memang butuh keberanian untuk mengambil kebijakan yang tidak populis.

2.      Ketidakberpihakan pada pemerintah
Judul
Memutus Mata Rantai IPDN (Sumeks, 22 April 2008)
Pokok tajuk rencana
Tajuk rencana diawali dengan pemerintah sebagai pemegang otoritas belum membeberkan secara rinci karena belum ada konsep yang jelas, apakah IPDN akan tetap dikelola dengan pola pendidikan yang berbau disiplin kaku? Bukankah tahun 2003—saat praja Wahyu tewas—sekolah tersebut telah dirombak?
Penutup
Wartawan memberi saran dengan IPDN harus dirombak menjadi seperti sistem pendidikan perguruan tinggi lainnya. Kultur sekolah yang hierarkis harus dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan yang egaliter.














DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Januar, Roy. 2003. “Keefektifan Kalimat Pada Naskah Berita RRI Palembang Bulan Mei 2002”. Skripsi. Inderalaya: FKIP Universiitas Sriwijaya.
http//:Sumeks.co.id. Jumlah Pembaca Sumeks. Diakses Minggu 25 Mei 2008.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pujanarko, Imung. http//:www.kabarindonesia.com. Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media Massa. Diakses Minggu, 11 Mei 2008.
Purnomo, Mulyadi Eko. 2003. Analisis Wacana; Program Pascasarjana. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Purnomo, Mulyadi Eko. 2006. Puspa Ragam Bahasa dan Sastra; Analisis Wacana Kritis: Perspektif Baru dalam Analisis Wacana. Palembang. Universitas Sriwijaya.
Shadily, Hasan dkk. 1992. Ensiklopedia Indonesia: Edisi Khusus (jilid 4). Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suladi, dkk. 2000. Kohesi dalam Media Massa Cetak Bahasa Indonesia Studi Kasus Tentang Berita Utama dan Tajuk. Jakarta: Pusat Bahasa.
Sumadiria, A.S. Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature: Panduan Praktis Jurnalistik Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

                       


Komentar

Postingan Populer