Proposal Penelitian
Proposal Penelitian
Analisis Wacana Kritis
Terhadap Tajuk Rencana pada Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres Edisi 14-30 April 2008
1.
Latar
Belakang
Sebagai
makhluk sosial, komunikasi antarmanusia dalam kehidupan sehari-hari mustahil
untuk dipisahkan. Salah satu sarana yang dapat mengikat hubungan sosial antara
manusia adalah manusia tidak dapat menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya.
Hal ini disebabkan bahasa merupakan sistem lambang yang dipakai orang untuk
melahirkan pikiran dan perasaan (Poerwadarminta, 2006:80). Pikiran yang berupa
ide atau pendapat–pendapat tersebut akan lebih komunikatif jika disampaikan
melalui bahasa.
Selain
sebagai alat interaksi sosial antarmanusia, dalam arti alat untuk menyampaikan
pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan, fungsi bahasa adalah alat
komunikasi manusia. Fungsi ini mencakup lima fungsi dasar bahasa, yaitu: (1)
fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang
lain, (2) fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu
hal, perkara, dan keadaan, (3) fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang
bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu secara baik-baik, (4) fungsi entertaimen adalah penggunaan
bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin,
(5) fungsi ekspresi. Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak
kehidupan, sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka
fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya
tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan (Chaer, 2003:33).
Bila
dipelajari lebih lanjut, bahasa memegang peranan yang penting sebagai alat
komunikasi antarmanusia untuk berbagai keperluan dan tujuan. Berbagai tujuan
dan keperluan itu dapat tersampaikan secara efektif dan maksimal jika
menggunakan ragam atau cara yang yang tepat. Sebagai alat komunikasi
antarmanusia, bahasa terdiri dari dua ragam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis.
Informasi secara lisan (ragam lisan) terjadi apabila pemberi informasi
(penutur) berhadapan langsung dengan penerima informasi (petutur). Artinya,
petutur mendengarkan secara langsung suara penutur. Selain berbicara secara
tatap muka, informasi secara lisan juga dapat menggunakan sarana seperti
telepon, telepon selular, radio, televisi dan sebagainya. Sebaliknya, informasi
secara tulis (ragam tulis) terjadi bila diantara si pemberi informasi (penulis)
dan si penerima informasi (pembaca) tidak berhadapan secara langsung atau tidak
menggunakan media seperti dalam ragam lisan. Media yang digunakan pada ragam
tulis adalah tulisan yang berisi informasi dari penulis. Tulisan yang dimaksud
dapat berupa rangkaian kata atau gambar yang memiliki arti (Zulkarnain dalam
Januar, 2003:1). Pada ragam tulis diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam
penulisan karena dalam penulisan ragam tulis tidak disertai dengan gerakan oleh
pemberi informasi.
Salah
satu media penyampai informasi secara tulis yang dikenal masyarakat adalah koran
atau harian surat kabar. Koran berasal dari bahasa Perancis, yaitu courant yang berarti ‘berjalan’. Koran
atau (harian) surat kabar adalah sarana komunikasi massa yang berfungsi sebagai
penyebar segala berita (Shadily, 1992:1871). Dalam surat kabar atau koran,
informasi yang diberikan dapat berupa berita dan opini. Selain itu juga
terdapat karikatur, tulisan sastra, foto-foto, dan sebagainya yang berisikan
informasi.
Media
massa juga merupakan salah satu saluran komunikasi politik dan sosial pada
suatu masyarakat. Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas
dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai
alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa
yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media
massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran
yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2004:88). Di lain
pihak, media massa juga merupakan produsen informasi politik dan sosial yang
harus setia kepada “pemilik” informasi itu.
Kegiatan
jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi
berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk
menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat
komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menggunakan gambaran atau
citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik (Sobur, 2004:88).
Bagi
analisis wacana kritis, tidak ada media massa yang “benar-benar” netral. Dalam
setiap kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi informasi, terdapat
kepentingan yang harus dipenuhi oleh media massa. Dalam Rangka pemenuhan
kepentingan inilah yang membuat media massa menjadi tidak benar-benar netral,
tetapi “berpihak”. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa isi media massa memang
tidaklah netral.
Tiap-tiap
media massa memiliki ideologi tersembunyi. Oleh karena itu, ideologi tersebut
dapat tercermin dari tulisan di media itu, apakah itu berupa tajuk rencana,
berita, atau karangan khas (feature).
Ideologi itu dapat ditelusuri melalui berbagai aspek tulisan, dari skema,
penataan topik, penggunaan bahasa, sampai pada pemanfaatan grafika, seperti ukuran
huruf, warna, dan tata letak. Inilah yang menjadi objek kajian analisis wacana
kritis pada media massa cetak.
Media
massa terbitan Palembang merupakan subsistem dari politik media massa nasional
ataupun global. Oleh karena itu, apa yang disajikan pada media massa terbitan
Palembang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemilik media massa di tingkat
nasional ataupun global. Hal ini tidak hanya terlihat dari fakta bahwa beberapa
media massa terbitan Palembang secara resmi berafiliasi pada kelompok
penerbitan nasional, tetapi yang lebih penting adalah adanya tuntutan konsumen
agar aspirasi mereka dapat dipenuhi oleh media massa terbitan daerah (Purnomo,
2003)
Salah
satu alternatif yang dapat digunakan untuk menganalisis teks media adalah analisis
wacana kritis (AWK). Pada suatu makalahnya, Purnomo (dalam Puspa Ragam Bahasa
dan Sastra, 2006:3) mengungkapkan, “apabila analisis wacana yang hanya
difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat
linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan
perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain”.
Nyatanya AWK merupakan pengembangan dari analisis wacana (biasa) yang melihat
lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu teks.
Penelitian
mengenai analisis wacana pada terhadap media massa sebelumnya telah dilakukan
oleh beberapa mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Unsri,
diantaranya Nouval A.S dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Teks
berita di Sumatera Ekspres Edisi Januari-Maret 2003”. Penelitian tersebut
menganalisis tentang kekerasan terhadap wanita dalam pemberitaan yaitu
kekerasan seksual, fisik, ekonomi dan psikis. Penelitian ini menggunakan model
analisis wacana van Djik dan membahas struktur mikro dengan elemen-elemennya
yang meliputi: detil, latar, maksud, koherensi kondisional, pengingkaran bentuk
kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan, dan metafora.
Yun
Risnawati pada tahun 2006 juga melakukan penelitian serupa dengan judul “Analisis
Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita pada Sumatera Ekspres Periode
September-Desember 2005: Kajian Stilistik”. Wahdaniah pada tahun 2008 melakukan
penelitian yang sama dengan judul “Analisis Wacana Kritis Tajuk Rencana pada
Media Massa Cetak Terbitan Palembang”.
Persamaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (oleh Wahdaniah) yaitu sama-sama
membahas analisis wacana kritis terhadap tajuk rencana pada media massa cetak
terbitan Palembang. Perbedaannya yaitu pada media massa yang diteliti. Jika
penelitian sebelumnya menggunakan empat media massa cetak terbitan Palembang,
yaitu Sumatera Ekspres, Berita Pagi, Tranparan, dan Sriwijaya Post, sedangkan
peneliti hanya satu media massa, yaitu Sumatera Ekspres. Alasan peneliti hanya
menggunakan satu media massa yaitu, Sumatera Ekspress karena Sumatera Ekspres adalah
salah satu media grup Jawa Pos yang wilayah edarnya ada di Sumsel dengan jumlah
pembaca lebih dari 140 ribu tiap harinya dan penjualan yang mencapai 75 ribu
eksemplar per hari (www.sumeks.co.id).
Peneliti
memilih tajuk rencana sebagai objek penelitian karena tajuk rencana adalah
penyajian suatu fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan
dapat mempengaruhi pembaca. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan
mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang
bersangkutan. Tajuk
rencana merupakan karangan pokok dalam surat kabar dan majalah. Setiap surat
kabar terbit pada umumnya menyajikan tajuk rencana yang menjadi berita hangat
dalam masyarakat dan menyampaikan visi atau pandangan redaksi mengenai topik
yang dibahas (www.kabarindonesia.com).
Waktu
penerbitan yang menjadi fokus pengambilan data adalah periode 14-30 April 2008.
Hal ini disebabkan karena banyak peristiwa yang menjadi topik perbincangan
utama di kalangan publik. Seperti kasus naiknya harga BBM. Pada kasus harga BBM
yang harus naik (28/4) nampak jika Sumatera Ekspres mengandung keberpihakan
terhadap pemerintah. Peristiwa tersebut tidak hanya menjadi topik utama
perbincangan masyarakat Palembang, tetapi juga seluruh Indonesia, bahkan dunia,
sehingga banyak tajuk rencana yang merupakan opini redaksi yang menulis topik
utama yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Hal ini sejalan dengan
pemaparan sebelumnya yang mengatakan bahwa ideologi yang tersembunyi dalam
sebuah media massa lokal tidak hanya mencerminkan ideologi dengan aspirasi
lokal, tetapi juga nasional, dan global.
2.
Masalah
Dalam
penelitian ini, masalah yang diteliti adalah ideologi apa saja yang tersembunyi
dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres, dan bagaimana strategi
penulis menyampaikan ideologinya dilihat dari (a) super struktur, (b) stuktur
makro, dan (c) stuktur mikro.
3.
Tujuan
Tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Mendeskripsikan
ideologi yang tersembunyi dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres.
2) Mendeskripsikan
strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) super stuktur, (b)
struktur makro, dan (c) stuktur mikro.
4.
Manfaat
Manfaat
penelitian ini diharapkan dapat diarahkan pada hal-hal sebagai berikut. Secara
teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana
kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak
lain yang berkepentingan dengannya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan
bermanfaat bagi pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis
wacana media massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam
kajian wacana Bahasa Indonesia.
5.
Tinjauan
Pustaka
5.1
Analisis
Wacana
Analisis
wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang
bersifat formal (linguistik stuktural). Linguistik tradisional ini memfokuskan
kajiannya pada pilihan unit-unit dan stuktur-stuktur kalimat tanpa
memperhatikan analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik
tradisional, analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan
dengan stuktur pada level kalimat,
misalnya hubungan ketatabahasaan. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang
dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa
yang implisit. Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan
unit-unit hierarkis yang membentuk suatu stuktur diskursif (Milis dalam Sobur,
2004).
Wacana
merupakan satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal
merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang
lengkap, berarti di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau
ide yang utuh, yang dapat dipahami tanpa keraguan oleh pembaca (dalam wacana
tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) (Suladi, dkk, 2000:2). Dari beberapa
pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah kesatuan bahasa yang
lengkap yang membentuk kesatuan bahasa yang dapat berupa komunikasi dalam bentuk
lisan ataupun tertulis.
5.2
Analisis
Wacana Kritis
Analisis
wacana kritis (AWK) merupakan penerapan analisis wacana dengan perspektif
interdisipliner. Apabila analisis wacana hanya difokuskan pada penggunaan
bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha
menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain,
seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain. Dalam praktik analisisnya AWK
memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa), tetap dengan perspektif dan
interpretasi yang lebih “dalam”. Beberapa sarana analisis wacana yang
dimanfaatkan dalam AWK adalah stuktur makro, yang meliputi antara lain tematik:
tema/topik; dan struktur mikro yang meliputi semantik, sintaksis, stilistik, dan
retorik. Beberapa topik AWK yang penting adalah ideologi, pengetahuan,
struktur, intraksi dan makna.
Teori
analisis wacana kritis (AWK) dikembangkan oleh Teun A. Van Djik yang merupakan
pelopor analisis wacana. Analisis wacana kritis merupakan perspektif baru dalam
analisis wacana (biasa). Penerapan yang dilakukan AWK menggunakan pendekatan
interdisipliner dengan proses penafsiran yang lebih sensitif dan kritis.
Eriyanto dalam Purnomo (2006:18) juga menyatakan, analisis wacana kritis
berusaha untuk memahami wacana bukan hanya dari aspek kebahasaannya saja,
tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu
dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu, termasuk didalamnya praktek
kekuasaan.
Analisis
wacana kritis dalam praktik analisisnya memanfaatkan sarana analisis wacana
(biasa) tetapi dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Analisis
wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu: wacana
berada dalam situasi sosial tertentu. Meskipun demikian, tidak semua konteks
dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh
atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis.
5.3
Ideologi
Ideologi
adalah sistem kepercayaan yang dimiliki bersama oleh kelompok sosial (Purnomo,
2003:47). Teori tentang ideologi yang baru dan bersifat multidisiplin, yang
didefinisikan sebagai fondasi perwujudan sosial bersama dari suatu kelompok
sosial. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik
ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang
ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang
dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan meligitimasi dominasi mereka.
Menurut
Purnomo (2006:12), ideologi merupakan topik penting dalam AWK karena menurut
AWK, ideologi selalu mewarnai produksi wacana. Tidak ada wacana yang
benar-benar netral atau “objektif” atau steril dari ideologi penutur atau
pembuatnya. Apakah itu wacana ilmiah, jurnalistik, atau sastra, apakah itu
wacana ekspositoris, procedural, naratif, atau hartatori, selalu mencerminkan
atau sekurang-kurangnya “mengandung” ideologi pembuatnya.
Wacana
dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok
yang dominan memersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi
kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki sehingga tampak absah dan benar.
Surbakti
dalam Sobur (2004:65-66) menyatakan, ideology dibagi menjadi dua yakni secara
fungsional dan secara structural. Ideologi secara fungsional diartikan
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara
yang dianggap paling baik, sedangkan struktural diartikan sebagai sistem
pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan
tindakan yang diambil pengusaha.
Dalam
suatu artikelnya, van Djik mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan tentang ideologi.
Pendekatan yang lebih tradisional menyatakan bahwa ideologi didefinisikan secara
negatif sebagai kepercayaan yang menyesatkan (misguised belief) atau kesadaran yang salah (false consciousness). Lebih lanjut dikatakan, dalam karya yang
lebih mutakhir, seperti dalam ilmu politik dan psikologi sosial, ideologi
didefinisikan hanya sebagai sistem kepercayaan (van Djik dalam Purnomo, 2006:12).
Seperti
yang dikemukakan oleh van Djik, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur
masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat
anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat
menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk
solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Pengetahuan awal dari penulis sangat
berkaitan dengan ideologi yang akan timbul dan memunculkan wacana yang juga
akan memengaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca. Ideologi mencakup dua
jenis yaitu keberpihakan dan ketidakberpihakan.
Untuk
keperluan analisis, Eriyanto dalam Purnomo (2006:19) menyederhanakan pandangan van
Djik untuk analisis berita media massa sebagai berikut:
Sruktur wacana
|
Hal yang diamati
|
Elemen
|
Struktur
Makro
|
Tematik:
Tema/topik
yang dikedepankan dalam berita
|
Topik
|
Superstruktur
|
Skematik:
bagaimana bagian dan urutan berita dikemaskan
|
Skema
|
Struktur
Mikro
|
Semantik:
makna yang ditekankan dalam teks berita
Sintaksis:
bagaimana bentuk kalimat yang digunakan
Stilistik:
bagaimana pilihan kata yang digunakan
Retorik
|
Latar,
detil, praanggapan,nominalisasi
Bentuk
kalimat, koherensi,
kata
ganti
Leksikon
Grafis,metafora,ekspresi
|
Eriyanto lebih menyederhanakan dan lebih sistematis.
Hal ini dikarenakan satuan tersebut hanya digunakan untuk analisis berita media
massa seperti yang telah dilakukannya sendiri, sedangkan yang dikemukakan oleh
van Djik itu digunakan untuk analisis bahasa politik, dan lebih komprehensif
cakupannnya.
a. Struktur
Makro
Tematik
: Tema/topik yang dikedepankan dalam berita
Tematik
: gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Dominan, sentral
dan paling penting dalam isi berita.
Elemen tematik menunjuk pada gambaran
umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau
yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh
wartawan dalam pemberitaannya. Topik menunjukkan konsep dominan, sentral, dan
paling penting dari isi suatu berita. Oleh karena itu, ia sering disebut
sebagai tema atau topik. Topik menggambarkan gagasan apa yang dikedepankan atau
gagasan inti dari wartawan ketika melihat atau memandang suatu peristiwa. Topik
menggambarkan tema umum dari suatu teks berita, topik ini akan didukung oleh subtopik
satu dan subtopik lain yang saling mendukung terbentuknya topik umum. Misalnya,
suatu teks berita mengenai demonstrasi mahasiswa. Tema utama dari berita
tersebut adalah demonstrasi mahasiswa cenderung anarkis dan sudah menggunakan
cara-cara kekerasan (Eriyanto, 2001:229-230).
b. Superstruktur
Eriyanto
(2001:231) menyatakan, teks atau wacana umumnya mempunyai skema dari
pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut menunjukkan bagaimana bagian-bagian
dalam teks disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesamaan arti. Skematik terdiri
dari dua elemen yakni;
1. Summary
yang ditandai dengan dua elemen judul, elemen skema ini merupakan elemen yang
dipandang paling penting dan lead
umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk
dalam isi berita secara lengkap.
2. Story
yakni isi berita secara keseluruhan, yang mempunyai dua sub kategori yakni;
2.1 Proses
atau jalannnya peristiwa, terdiri dari dua bagian;
-
Mengenai episode atau
kisah utama dari peristiwa tersebut.
-
Latar untuk mendukung
episode yang disajikan kepada khalayak.
Misalnya, berita mengenai demonstrasi secara hipotik
umumnya terdiri dari episode demonstrasi mahasiswa tersebut. Episode ini umumnya
juga akan didukung oleh latar, misalnya dengan mengatakan ini demonstrasi
kesekian atau kenapa tuntutan tersebut digelar mahasiswa.
2.2 Komentar
yang ditampilkan dalam teks, menggambarkan bagaimana pihak-pihak yang terlibat
memberikan komentar atas suatu peristiwa secara hipotetik terdiri atas dua
bagian:
-
Reaksi atau komentar
verbal dari tokoh yang dikutip oleh wartawan
-
Kesimpulan yang diambil
oleh wartawan dari berbagai komentar tokoh.
Misalnya, dalam demonstrasi mahasiswa yang berakhir
dengan bentrokan antar mahasiswa dengan polisi. Wartawan mewawancarai empat
orang ahli sosial dan politik mengenai peristiwa tersebut (dengan mengatakan
misalnya, bahwa pengamat sosial menganggap demonstrasi mahasiswa sudah menjurus
anarkis) dan bagian lain komentar atau kutipan dari pendapat pengamat sosial
tersebut yang ditampilkan dalam teks berita (Eriyanto, 2001:231-233).
c. Struktur
Mikro
Semantik:
makna yang ditekankan dalam teks berita. Misalnya dengan memberi detil pada
suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain.
1.
Latar: bagian berita
yang dapat mempengaruhi arti yang ditampilkan. Ketika menulis berita, seorang
wartawan biasanya mengemukakan latar belakang atas peristiwa yang ditulis.
Latar yang dipilih menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan dibawa.
Contoh;
Setuju:
keberhasilan berbagai gerakan mahasiswa dalam melakukan perubahan
Tidak setuju:
berbagai kerusuhan selama terjadinya demonstrasi mahasiswa.
2.
Detil: strategi
wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.
Ketelitian dari
keseluruhan dimensi peristiwa, bagian mana diuraikan secara panjang lebar dan
bagian mana yang diuraikan sedikit.
Contoh: detil
mahasiswa
Dalam
demonstrasi menentang RUU PKB kemarin, terjadi bentrok antara mahasiswa dengan
aparat keamanan. Mahasiswa yang berdemonstrasi tampaknya sadar bakal terjadi
bentrokan. Mereka melengkapi diri dengan pentungan, rotan, ketapel, bahkan bom
molotov. Sebuah bom molotov yang dilempar demonstran sempat mengenai aparat
keamanan.
3. Praanggapan:
pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, sebagai upaya
mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
Praanggapan hadir dengan pernyataan yang dipandang terpercaya sehingga tidak
perlu dipertanyakan.
4. Nominalisasi:
Merupakan strategi wacana lain yang sering dipakai untuk menghilangkan kelompok atau aktor sosial tertentu. Strategi
ini mengubah kata kerja (verba) menjadi kata benda (nomina).
Contoh:
Menangkap ® Penangkapan
5. Sintaksis
bagaimana bentuk kalimat yang digunakan (bentuk kalimat, aktif dan pasif,
deduktif dan induktif). Bentuk kalimat disini dimaksudkan adalah kalimat aktif
atau kalimat pasif. Kalimat aktif umumnya digunakan agar seseorang menjadi
subjek dari tanggapannya. Sebaliknya kalimat pasif menempatkan seseorang
menjadi objek. Contoh;
Aktif: Polisi
membunuh mahasiswa
Pasif: Mahasiswa
dibunuh polisi
Deduktif:
Sementara mahasiswa ditembaki, anggota MPR sibuk sidang
Induktif: Anggota
MPR sibuk sidang, sementara mahasiswa ditembaki
6. Koherensi
adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks yang
menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern “dan/akibat”.
7. Kata
ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan posisi seseorang
dalam wacana. Contoh:
Saya ®
merupakan sikap resmi komunikator semata-mata
Kita ®
representasi dari sikap bersama
8. Stilistik
: bagaimana pilihan kata yang digunakan. Leksikon, menandakan bagaimana seorang
melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia. Pilihan
kata yang dipakai menunjukkan sikap dan ideologi tertentu. Contoh: Kata
“meninggal” misalnya mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal,
terbunuh, menghembuskan nafas terakhir.
9. Retorik
·
Grafis, bagian untuk
memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang dianggap penting. Biasanya
muncul lewat bagian tulisan yang dibedakan, seperti huruf tebal, miring, garis
bawah, ukuran yang lebih besar, penggunaan grafik, gambar atau table.
·
Metafora, bisa menjadi
petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks yang menggunakan kepercayaan
masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur,
kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang
semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama.
5.4
Tajuk
Rencana
Tajuk
rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media
sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau
kontroversial yang berkembang di masyarakat (www.kabarindonesia.com).
Opini
yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat
dan sikap resmi media yang bersangkutan. Teks wacana yang berupa tajuk pada
umumnya diawali dengan hal-hal yang tidak pokok atau pendahuluan yang
memberikan gambaran dan membawa pembaca pada jalan pikiran penulis dilanjutkan
dengan analisis permasalahan. Pada bagian akhir, disimpulkan hasil
penganalisisan permasalahan secara logis atau “klimaks” (Suladi, dkk. 2000:20).
6.
Metodelogi
Penelitian
6.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode linguistik deskriptif. Linguistik deskriptif mencatat semua fenomena kebahasaan
yang senyatanya ada. Linguistik deskriptif meneliti dan memberikan semua sistem
bahasa berdasarkan data yang sebenarnya. Linguistik deskriptif meneliti dan
memberikan keseluruhan sistem suatu bahasa tertentu sebagaimana adanya,
berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang nyata.
Selain itu, penelitian ini dilanjutkan dengan
menggunakan metode paradigma kritis. Analisis paradigma kritis mendasarkan diri
pada penafsiran peneliti pada teks. Paradigma kritis lebih ke penafsiran karena
penafsiran kita dapatkan dunia dalam, masuk menyelami teks, dan menyingkap
makna yang ada di baliknya (Eriyanto, 2001:61). Untuk lebih memahami makna yang
tersembunyi dari suatu teks dengan menghubungkannya pada konteks yang terkait
dalam situasi maka digunakanlah analisis wacana kritis (critical discourse analysis/CDA).
6.2
Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah tajuk rencana surat kabar harian Sumatera
Ekspres periode 14-30 April 2008, yang didasarkan atas hal-hal sebagai berikut
:
1.
Rubrik itu mencakup
sebagian besar isi terbitan
2.
Rubrik itu diproduksi oleh
pemilik media dan jajarannya
3.
Rubrik itu
menggambarkan aspirasi lokal, nasional dan global
Data yang telah dikumpulkan berjumlah 4 tajuk
rencana, yaitu edisi Senin (14/4), Rabu (16/4), Selasa (22/4), dan Senin
(28/4). Lebih lanjut tajuk rencana pada Sumatera Ekspres disebut dengan
pandangan kami.
6.3
Teknik
Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik
pustaka yakni teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh
data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan pemakaian
bahasa sinkronis. Sumber-sumber tertulis itu berwujud majalah, surat kabar,
karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, buku perundangan-undangan. Di
dalam surat kabar biasanya terdapat ragam tajuk, ragam berita, dan ragam pojok.
6.4
Teknik
Analisis Data
Teknik
analisis data penelitian ini menggunakan prosedur yang sesuai dengan prosedur
analisis wacana kritis seperti yang dikemukakan oleh Eriyanto dalam Purnomo (2006:19).
Satuan analisis meliputi superstruktur, struktur makro dan struktur mikro.
Langkah-langkah
analisis data adalah sebagai berikut:
1. Mengambil
rubrik surat kabar yang dianalisis, dalam hal ini tajuk rencana
2. Mengidentifikasi
ideologi berdasarkan analisis struktur makro, yaitu bagaimana tema atau topik
dikedepankan atau ditonjolkan dalam tajuk rencana.
3. Mengidentifikasikan
ideologi berdasarkan analisis superstruktur, yaitu bagaimana isi tajuk rencana
diskemakan dari judul, lead, pokok
tajuk rencana, rincian sampai penutup.
Pada tahap ini,
proses identifikasi ideologi berdasarkan pemilihan judul dan penguraian
bagian-bagiannya seperti lead, pokok
tajuk rencana, serta penutup. Semua elemen-elemen tersebut akan saling
bertautan membentuk suatu ideologi dari wartawan.
4. Mengidentifikasikan
ideologi berdasarkan analisis struktur mikro, yaitu analisis semantik,
sintaksis, stilistik, dan retorik.
Pada tahap ini,
pengidentifikasian ideologi dianalisis dari struktur mikro seperti, semantik
(latar, detil, maksud, praanggapan, dan nominalisasi), sintaksis (bentuk
kalimat, koherensi, dan kata ganti), stilistik (leksikon), dan retorik (grafis,
metafora, dan ekspresi).
5. Menyimpulkan
strategi keberpihakan dari setiap pemberitaan berdasarkan hasil analisis
struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro.
6. Mengelompokkan
ideologi berdasarkan criteria tertentu, misalnya polarisasinya, aspirasinya,
dan keterkaitannya dengan “pemilik” surat kabar itu.
7. Melakukan
pembahasan
8. Menarik
kesimpulan
6.5
Contoh
Analisis Data
Pada tajuk rencana Sumatera Ekspres yang dikenal
dengan Pandangan Kami edisi Senin, 14 April 2008 memuat tentang “Peluang Daerah
dalam UU Pelayaran”.
Struktur
Wacana
|
Hal
yang Diamati
|
Struktur
Makro
|
Tema/topik:
peluang daerah dari revisi UU tentang
pelayaran yang membuat PT Pelabuhan Indonesia kehilangan hak monopoli
|
Superstruktur
|
Skematik:
diawali dengan disahkan dalam sidang
paripurna DPR revisi UU tentang pelayaran, kemudian demo di
pelabuhan-pelabuhan Indonesia karena takut PT Pelabuhan Indonesia akan
mem-PHK-kan karyawannya dan klimaksnya terjadinya konflik perebutan
pengelolaan pelabuhan antara Pelindo dan daerah yang memiliki garis pantai
dan pelabuhan.
|
Struktur
Mikro
|
Semantik:
Pelindo kehilangan hak monopoli,
kemungkinan terjadi PHK.
Retorik:
kata “revisi” pada awal kalimat karena
semenjak diberlakukan revisi tersebut memicu adanya konflik antara Pelindo
dan perusahaan swasta
|
Dari uraian berdasarkan struktur wacana yang
terlihat pada kalimat “Dengan tercabutnya hak monopoli Pelindo, mungkinkah PHK
besar-besaran terjadi? Jawaban untuk pertanyaan yang satu ini bergantung pada
kinerja dan manajemen Pelindo. Dengan kewenangan sebatas operator, Pelindo
harus meningkatkan pelayanan untuk bersaing dengan swasta lain. Kekalahan
persaingan kinerjalah yang bisa berujung PHK pada karyawannya”. Nampak pada
kalimat tersebut Sumatera Ekspres “berpihak” kepada pemerintah karena tidak
mengatakan secara langsung konflik yang terjadi saat perebutan pengelolaan
pelabuhan antara Pelindo dan daerah yang memiliki garis pantai dan pelabuhan.
Pemerintah ditutup-tutupi seolah hanya menjadi penengah terhadap masalah yang
ada padahal masalah yang timbul itu karena pemerintah sendirin yang mengubah UU
Pelayaran.
7.
Langkah
dan Jadwal Penelitian
7.1
Langkah
Penelitian
1. Persiapan
a. Studi
pustaka
b. Pembuatan
rancangan penelitian
2. Tahap
pengambilan data
a. Mencari
dan mengumpulkan tajuk rencana pada surat kabar harian Sumatera Ekspres.
b. Mendata
ideologi berdasarkan analisis superstruktur, yaitu bagaimana isi berita
diskemakan dari judul, lead, pokok
berita, rincian, sampai penutup.
c. Memeriksa
data
d. Pengelompokan
data, mengklasifikasikan data berdasarkan ideologinya.
3. Tahap
analisis data
a. Mendata
ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c)
struktur mikro
b. Menganalisis
ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c)
struktur mikro
c. Menarik
kesimpulan hasil analisis ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b)
struktur makro, dan (c) struktur mikro.
7.2 Jadwal Penelitian
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||||||
Maret
|
April
|
Mei
|
||||||
1
|
Persiapan
|
|
X
|
X
X
|
|
|||
2
|
Pengumpulan data
|
|
|
|||||
3
|
Pengolahan data
|
|
X
|
|||||
4
|
Penyusunan laporan
|
|
|
X
|
||||
|
||||||||
|
||||||||
|
||||||||
|
||||||||
|
||||||||
|
8.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
8.1
Hasil
Penelitian
Dalam
penelitian ini yang dibahas adalah analisis wacana tajuk rencana terhadap surat
kabar harian Sumatera Ekspres edisi 14-30 April 2008. Aspek yang diteliti yakni
ideologi apa saja yang tersembunyi dalam tajuk rencana dan bagaimana strategi
penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari struktur makro, superstruktur,
dan struktur mikro.
Ada
dua jenis ideologi yakni ideologi pro (keberpihakan) dan ideologi kontra
(ketidakberpihakan) yang dipengaruhi oleh pengetahuan awal dari pembaca.
Selanjutnya
strategi penulis menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Yang
pertama, struktur makro yang mengedepankan elemen tematik atau topic. Yang
kedua, level superstruktur yang membahas skematik. Level yang ketiga adalah
struktur mikro dengan elemen-elemennya yaitu latar, detil, maksud, koherensi,
kondisional, koherensi pembeda, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon,
praanggapan, grafis, metafora, dan ekspresi.
8.1.1
Jenis
Ideologi yang Tersembunyi dalam Tajuk Rencana
Ideologi
merupakan kumpulan ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu, sebagai akal sehat dan
beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan
oleh kelas masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat dan
memberikan pengaruh yang besar yang sangat dipengaruhi oleh pengetahuan awal
dari pembaca. Berdasarkan jenisnya ideologi terbagi atas dua jenis yakni:
1.
Pro atau keberpihakan
yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Pro
atau berpihak pada pemerintah atau instansi kepemerintahan seperti; Presiden,
Menteri, DPR, Mahkamah Agung, BUMN, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Seperti
contoh berikut:
Judul
|
Peluang
Daerah dalam UU Pelayaran (Sumeks, 14 April 2008)
|
Detil
|
Dengan
UU baru, Pelindo kehilangan hak monopoli sehingga pemerintah mempunyai
wewenang untuk mengatur pengelolaan pelabuhan.
|
Leksikon
|
Pelindo
hanya operator
|
Pada
kutipan diatas, pada detil wartawan menguraikan proses kehilangan hak dari
Pelindo kepada pemerintah. Dengan begitu terlihat ideology dalam elemen detil
bahwa penulis berpihak pada pemerintah.
Pada elemen
leksikon penggunaan kata operator dimaksudkan untuk mengartikan bahwa Pelindo
telah menjadi penyedia jasa bagi pelayaran dengan mengelola pelabuhan yang
dikendalikan oleh pemerintah.
2.
Kontra atau
ketakberpihakan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kontra atau ketakberpihakan pada pemerintah
atau instansi kepemerintahan seperti; Presiden, Menteri, DPR, Mahkamah Agung,
BUMN, Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Seperti contoh berikut:
Judul
|
Memutus
Mata Rantai IPDN (Sumeks, 22 April 2008)
|
Latar
|
Kekerasan
pada kampus di Jatinangor, Sumedang itu sangat melukai publik. Pemerintah
hanya membekukan penerimaan praja baru dalam satu tahun.
|
Kata
ganti
|
Yang
harus kita ingat, pada 2003—saat
praja Wahyu Hidayat tewas—bukankah sekolah tersebut dirombak.
|
Detil
|
IPDN
harus dirombak total. Jangan ulangi kegagalan pembenahan pada 2003. Daripada
gagal bila tidak mempunyai konsep jelas, lebih baik. Bubarkan.
|
Berdasarkan
kutipan tersebut, dapat dilihat bahwa latar yang disajikan adalah kurang
bijaknya keputusan pemerintah yang hanya memberikan hukuman dengan pembekuan
penerimaan praja baru dalam satu tahun.
Pada detil, pemerintah harus lebih serius
menanggapi tingkah-tingkah siswa IPDN agar tidak terjadi kesalahan yang sama
ditahun ajaran baru nantinya.
Pada elemen kata “kita” untuk memersuasi
pembaca agar sepakat dengan pendapatnya dalam mendukung kegiatan yang
kemungkinan sia-sia dilakukan pemerintah.
8.1.2
Strategi Penulis
Menyembunyikan Ideologi
Dari seluruh data yang diperoleh mengenai strategi
penulis menyembunyikan ideologi dalam tajuk rencana pada Sumatera Ekspress
edisi 14-30 April 2008, dapat diketahui adanya strategi penulis
menyembunyikan ideologi lewat tiga level struktur. Lebih jelasnya perhatikan
elemen-elemen struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro berikut ini;
8.1.2.1
Struktur Makro
Topik
atau tema menggambarkan apa yang ingin diungkapkan oleh wartawan dalam
pemberitaanya dan menunjukkan konsep dominan, sentral, dan paling penting dari
isi suatu berita. Dalam data elemen topik terdapat contoh yang berideologikan
pada pemerintah.
No
|
Harian,
tanggal
|
Judul
|
Topik
|
Ideologi
|
1
|
Senin,
14 April 2008
|
Peluang
Daerah dalam UU Pelayaran
|
Pelindo
kehilangan hak monopoli sehingga pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur
pengelolaan pelabuhan.
|
Pro
Pemerintah
|
2
|
Rabu,
16 April 2008
|
Jaga
Tren Positif
|
Pertumbuhan
ekonomi 2008 memiliki resiko tak mencapai target, pemerintah harus bekerja
keras untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 6,4 persen.
|
Pro
Pemerintah
|
3
|
Selasa,
22 April 2008
|
Memutus
Mata Rantai IPDN
|
IPDN
harus bisa dikendalikan dibawah Diknas untuk dirombak menjadi sistem
perguruan tinggi lainnya.
|
Kontra
Pemerintah
|
4
|
Senin,
28 April 2008
|
Harga
BBM Harus Naik
|
Pemerintah
mengikuti harga minyak dunia
|
Pro
Pemerintah
|
8.1.2.2
Struktur Mikro
Struktur mikro dalam teks merupakan makna lokal dari
suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata atau kalimat yang dipakai oleh
suatu teks. Teks pada tingkatan struktur mikro terdiri atas beberapa elemen
antara lain yaitu, latar, detil, maksud, koherensi, koherensi kondisional,
koherensi pembeda, pengingkaran, bentuk kalimat, kata ganti, leksikon, praanggapan,
grafis, metafora, dan ekspresi.
Dari elemen-elemen struktur mikro tersebut, ada
beberapa hal yang dapat diamati yaitu:
1. Semantik, yaitu makna yang ingin
ditekankan dalam teks berita, dengan elemennya
latar, detil, maksud dan praanggapan.
2. Sintaksis, yaitu bagaimana
kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih, dengan elemennya bentuk kalimat,
koherensi dan kata ganti.
3. Stilistik, yaitu bagaimana
pilihan kata yang dipakai dala teks berita, dengan elemennya leksikon.
4. Retoris, yaitu bagaimana dan
dengan cara penekanan dilakukan, dengan elemennya grafis, metafora dan
ekspresi.
Makna
Elemen-elemen Struktur Mikro
Dari seluruh data yang diperoleh mengenai
elemen-elemen struktur mikro yang terkandung dalam teks tajuk rencana pada Sumatera
Ekspres, dapat diketahui adanya strategi penulis dalam menyembunyikan
ideologinya. Untuk mengetahui hal itu, dilakukanlah pemaknaan terhadap
elemen-elemen struktur mikro yang terkandung dalam teks berita tersebut. Lebih
jelasnya perhatikan pemaknaan elemen-elemen struktur mikro berikut ini.
-
Latar
Latar merupakan bagian berita yang dapat
mempengaruhi semantik (arti) yang ingin disampaikan. Latar yang dipilih
menentukan kearah mana pandangan khalayak akan dibawa.
Akhir 2007 dan 2008, harga saham dinilai sudah kelewat
tinggi (overvalue) sehingga rawan
terkoreksi. Itu benar-benar terjadi tiga pekan terakhir. Bahkan, indeks Bursa
Efek Indonesia (BEI) pekan ini mencium titik terendah dalam delapan bulan.
Indikasi lain adalah paralelnya kondisi sektor riil dengan sektor inflasi.
(Sumeks, 16/04/08 “Jaga Tren Positif”).
Data di atas, penulis berpendapat
bahwa harga saham yang terus naik yang dibarengi juga melemahnya pada sektor
riil dan sektor inflasi. Hal ini menimbulkan opini pembaca, rupiah tidak akan bisa menguat dibarengi
dengan susahnya ekspansi usaha yang akan dijalani jika harga saham terus
melonjak tinggi.
-
Maksud
Elemen maksud yaitu
melihat informasi yang menguntungkan komunikator diuraikan penulis (wartawan)
secara eksplisit dan jelas. Sebaliknya, informasi yang merugikan akan diuraikan
secara tersamar dan implisit.
Dari situ, kita melihat pemerintah
memang harus bekerja keras untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi 6,4
persen. Jika meleset, dampaknya pada penerimaan pajak sungguh luar biasa. Bila
target penerimaan pajak sungguh luar biasa. Bila target penerimaan tak mencapai
sasaran, deficit anggaran yang ditetapkan bisa membengkak. (Sumeks, 16/04/08
“Jaga Tren Positif”).
Dari kutipan di atas
tergambar maksud penulis bahwa penulis pro terhadap pemerintah dengan
menekankan bahwa pemerintah yang bekerja keras untuk pertumbuhan ekonomi
Negara.
8.1.2.3 Superstruktur
Teks atau wacana umumnya
mempunyai skema atau alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur tersebut
menunjukkan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diurutkan sehingga
membentuk kesatuan arti. Skematik terdiri dari 2 elemen yakni: Summary (isi
berita) dan lead (teras berita).
1.
Berpihak pada
pemerintah
Judul
|
Harga BBM Harus Naik (Sumeks, 28 April 2008)
|
Pokok tajuk rencana
|
Isi tajuk rencana diawali dengan pemerintah masih
berusaha mencari celah menghindari kebijakan yang tidak populis.
|
Penutup
|
Pada bagian penutup wartawan memberi saran
menaikkan harga BBM tentu akan memancing reaksi keras dari berbagai elemen
masyarakat. Memang butuh keberanian untuk mengambil kebijakan yang tidak
populis.
|
2. Ketidakberpihakan
pada pemerintah
Judul
|
Memutus Mata Rantai IPDN (Sumeks, 22 April 2008)
|
Pokok tajuk rencana
|
Tajuk rencana diawali dengan pemerintah sebagai
pemegang otoritas belum membeberkan secara rinci karena belum ada konsep yang
jelas, apakah IPDN akan tetap dikelola dengan pola pendidikan yang berbau
disiplin kaku? Bukankah tahun 2003—saat praja Wahyu tewas—sekolah tersebut
telah dirombak?
|
Penutup
|
Wartawan memberi saran dengan IPDN harus dirombak
menjadi seperti sistem pendidikan perguruan tinggi lainnya. Kultur sekolah
yang hierarkis harus dihapuskan dan diganti dengan sistem pendidikan yang
egaliter.
|
DAFTAR PUSTAKA
Chaer,
Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian
Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Januar, Roy.
2003. “Keefektifan Kalimat Pada Naskah Berita RRI Palembang Bulan Mei 2002”. Skripsi. Inderalaya: FKIP Universiitas
Sriwijaya.
http//:Sumeks.co.id.
Jumlah Pembaca Sumeks. Diakses Minggu
25 Mei 2008.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pujanarko,
Imung. http//:www.kabarindonesia.com. Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial
dalam Media Massa. Diakses Minggu, 11 Mei 2008.
Purnomo, Mulyadi
Eko. 2003. Analisis Wacana; Program Pascasarjana. Palembang: Universitas
Sriwijaya.
Purnomo, Mulyadi
Eko. 2006. Puspa Ragam Bahasa dan Sastra;
Analisis Wacana Kritis: Perspektif Baru dalam Analisis Wacana. Palembang.
Universitas Sriwijaya.
Shadily, Hasan dkk. 1992. Ensiklopedia
Indonesia: Edisi Khusus (jilid 4). Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suladi, dkk.
2000. Kohesi dalam Media Massa Cetak
Bahasa Indonesia Studi Kasus Tentang Berita Utama dan Tajuk. Jakarta: Pusat
Bahasa.
Sumadiria, A.S. Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan
Feature: Panduan Praktis Jurnalistik Profesional. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Komentar
Posting Komentar