proposal penelitian AWK


Proposal Penelitian
Analisis Wacana Kritis Terhadap Tajuk Rencana pada Surat Kabar Harian Sumatera  Ekspress
Oleh        : Nyayu Lulu Nadya
NIM         : 06053112032

1.          Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, komunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari mustahil untuk dipisahkan. Salah satu sarana yang dapat mengikat hubungan sosial anatar manusia adalah manusia tidak dapat menyampaikan gagasan yang ada dalam pikirannya. Hal ini disebabkan bahasa merupakan sistem daripada lambang yang dipakai orang untuk melahirkan pikiran dan perasaan (Poerwadarminta,2006:80). Pikiran yang berupa ide atau pendapat – pendapat tersebut akan lebih komunikatif jika disampaikan melalui bahasa.
Selain sebagai alat interaksi sosial antarmanusia, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan, fungsi bahasa adalah alat komunikasi manusia. Fungsi ini mencakup lima fungsi dasar bahasa, yaitu: (1) fungsi informasi adalah fungsi untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada orang lain, (2) fungsi eksplorasi adalah penggunaan bahasa untuk menjelaskan suatu hal, perkara, dan keadaan, (3) fungsi persuasi adalah penggunaan bahasa yang bersifat mempengaruhi atau mengajak orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu secara baik-baik, (4) fungsi entertaimen adalah penggunaan bahasa dengan maksud menghibur, menyenangkan, atau memuaskan perasaan batin, (5) fungsi ekspresi. Karena bahasa ini digunakan manusia dalam segala tindak kehidupan, sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas dan beragam, maka fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan banyaknya tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan (Chaer, 2003:33).
Bila dipelajari lebih lanjut, bahasa memegang peranan yang penting sebagai alat komunikasi antarmanusia untuk berbagai keperluan dan tujuan. Berbagai tujuan dan keperluan itu dapat tersampaikan secara efektif dan maksimal jika menggunakan ragam atau cara yang yang tepat. Sebagai alat komunikasi antarmanusia, bahasa terdiri dari dua ragam, yaitu ragam lisan dan ragam tulis. Informasi secara lisan (ragam lisan) terjadi apabila pemberi informasi (penutur) berhadapan langsung dengan penerima informasi (penutur). Artinya, petutur mendengarkan secara langsung suara penutur. Selain berbicara secara tatap muka, informasi secara lisan juga dapat menggunakan sarana seperti telepon,telepon selular, radio, televisi dan sebagainya. Sebaliknya, informasi secara tulis (ragam tulis) terjadi bila diantara si pemberi informasi (penulis) dan si penerima informasi (pembaca) tidak berhadapan secara langsung atau tidak menggunakan media seperti dalam ragam lisan. Media yang digunakan pada ragam tulis adalah tulisan yang berisi informasi dari penulis. Tulisan yang dimaksud dapat berupa rangkaian kata atau gambar yang memiliki arti (Zulkarnain dalam Januar, 2003:1). Pada ragam tulis diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam penulisan karena dalam penulisan karena dalam ragam tulis tidak disertai dengan gerakan oleh pemberi informasi.
Salah satu media penyampai informasi secara tulis yang dikenal masyarakat adalah Koran atau harian surat kabar. Koran berasal dari bahasa Perancis, yaitu courant yang berarti ‘Berjalan’. Koran atau (harian) surat kabar adalah sarana komunikasi massa yang berfungsi sebagai penyebar segala berita (Shadily, 1992:1871). Dalam surat kabar atau Koran, informasi yang diberikan dapat berupa berita dan opini. Selain itu juga terdapat karikatur, tulisan sastra, foto-foto, dan sebagainya yang berisikan informasi.
Media massa juga merupakan salah satu saluran komunikasi politik dan sosial pada suatu masyarakat. Isi media pada hakikatnya adalah hasil konstruksi realitas dengan bahasa sebagai perangkat dasarnya. Sedangkan bahasa bukan saja sebagai alat merepresentasikan realitas, namun juga bisa menentukan relief seperti apa yang akan diciptakan oleh bahasa tentang realitas tersebut. Akibatnya, media massa mempunyai peluang yang sangat besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikonstruksikannya (Sobur, 2004: 88). Di lain pihak, media massa juga merupakan produsen informasi politik dan sosial yang harus setia kepada “pemilik” informasi itu.
Kegiatan jurnalistik memang menggunakan bahasa sebagai bahan baku guna memproduksi berita. Akan tetapi, bagi media, bahasa bukan sekedar alat komunikasi untuk menyampaikan fakta, informasi, atau opini. Bahasa juga bukan sekedar alat komunikasi untuk menggambarkan realitas, namun juga menggunakan gambaran atau citra tertentu yang hendak ditanamkan kepada publik.
Bagi analisis wacana kritis, tidak ada media massa yang “benar-benar” netral. Dalam setiap kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi informasi, terdapat kepentingan yang harus dipenuhi oleh media massa. Dalam Rangka pemenuhan kepentingan inilah yang membuat media massa menjadi tidak benar-benar netral, tetapi “berpihak”. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa isi media massa memang tidaklah netral.
Tiap-tiap media massa memiliki ideologi tersembunyi. Oleh karena itu, ideologi tersebut dapat tercermin dari tulisan di media itu, apakah itu berupa tajuk rencana, berita, atau karangan khas (feature). Ideologi itu dapat ditelusuri melalui berbagai aspek tulisan, dari skema, penataan topik, penggunaan bahasa, sampai pada pemanfaatan grafika, seperti ukran huruf, warna, dan tata letak. Inilah yang menjadi objek kajian analisis wacana kritis pada media massa cetak.
Media massa terbitan Palembang merupakan subsistem dari politik media massa nasional ataupun global. Oleh karena itu, apa yang disajikan pada media massa terbitan Palembang sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemilik media massa di tingkat nasional ataupun global. Hal ini tidak hanya terlihat dari fakta bahwa beberapa media massa terbitan Palembang secara resmi berafiliasi pada kelompok penerbitan nasional, tetapi yang lebih penting adalah adanya tuntutan konsumen agar aspirasi mereka dapat dipenuhi oleh media massa terbitan daerah (Purnomo, 2003)
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menganalisis teks media adalah analisis wacana kritis (AWK). Pada suatu makalahnya, Purnomo (dalam Puspa Ragam Bahasa dan Sastra, 2006:3) mengungkapkan , “apabila analisis wacana yang hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain”. Nyatanya AWK merupakan pengembangan dari analisis wacana (biasa) yang melihat lebih dalam makna yang tersembunyi dari suatu teks.
Penelitian mengenai analisis wacana pada terhadap media massa sebelumnya telah dilakukan oleh beberapa mahasiswa FKIP Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Unsri, diantaranya Nouval A.S dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Wacana Teks berita di Sumatera Ekspress Edisi Januari-Maret 2003”. Penelitian tersebut menganalisis tentang kekerasan terhadap wanita dalam pemberitaan yaitu kekerasan seksual, fisik, ekonomi dan psikis. Yun Risnawati pada tahun 2006 juga melakukan penelitian serupa dengan judul “Analisis Wacana Berita Kriminal terhadap Wanita pada Sumatera Ekspress Periode September-Desember 2005: Kajian Stilistik”. Wahdaniah pada tahun 2008 melakukan penelitian yang sama dengan judul “Analisis Wacana Kritis Terhadap Tajuk Rencana pada Media Massa Cetak Terbitan Palembang”.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (oleh Wahdaniah) yaitu sama-sama membahas analisis wacana kritis terhadap tajuk rencana pada media massa cetak terbitan Palembang. Perbedaannya yaitu pada media massa yang diteliti. Jika penelitian sebelumnya menggunakan empat media massa cetak terbitan Palembang, yaitu Sumatera Ekspres, Berita Pagi, Tranparan, dan Sriwijaya Post, sedangkan peneliti hanya satu media massa, yaitu Sumatera Ekspres.
Peneliti memilih tajuk rencana sebagai objek penelitian Karena tajuk rencana adalah penyajian suatu fakta dan opini yang menafsirkan berita-berita penting dan dapat mempengaruhi pembaca. Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Tajuk Rencana merupakan karangan pokok dalam surat kabar dan majalah. Setiap surat kabar terbit pada umumnya menyajikan tajuk rencana yang menjadi berita hangat dalam masyarakat dan menyampaikan visi atau pandangan redaksi mengenai topik yang dibahas (www.kabarindonesia.com). Dari pernyataan tersebut, dapat ditarik keputusan, secara tidak langsung tajuk rencana merupakan pendapat, opini atau gagasan penerbit surat kabar.
Waktu penerbitan yang menjadi fokus pengambilan data adalah periode pertengahan April 2008. Hal ini disebabkan karena banyak peristiwa yang menjadi topik perbincangan utama di kalangan publik. Seperti kasus naiknya harga BBM. Peristiwa tersebut tidak hanya menjadi topik utama perbincangan masyarakat Palembang, tetapi juga seluruh Indonesia, bahkan dunia. Sehingga banyak tajuk rencana yang merupakan opini redaksi yang menulis topik utama yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Hal ini sejalan dengan pemaparan sebelumnya yang mengatakan bahwa ideologi yang tersembunyi dalam sebuah media massa lokal tidak hanya mencerminkan ideologi dengan aspirasi lokal, tetapi juga nasional, dan global.
2.          Masalah
Dalam penelitian ini, masalah yang diteliti adalah ideologi apa saja yang tersembunyi dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres, dan bagaimana strategi penulis menyampaikan ideologinya dilihat dari (a) super struktur, (b) stuktur makro, dan (c) stuktur mikro.
3.          Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)       Mendeksprisikan ideologi yang tersembunyi dalam tajuk rencana Surat Kabar Harian Sumatera Ekspres.
2)       Mendekspresikan strategi penulis menyembunyikan ideologinya dilihat dari (a) super stuktur, (b) struktur makro, dan (c) stuktur mikro.
4.          Manfaat
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat diarahkan pada hal-hal sebagai berikut. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengukuhkan pandangan analisis wacana kritis tentang karakteristik media massa dalam kaitannya dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengannya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pembinaan pengetahuan dan kepekaan mahasiswa dalam menganalisis wacana media massa secara kritis dalam kajian analisis wacana ataupun dalam kajian wacana Bahasa Indonesia.
5.          Tinjauan Pustaka
5.1       Wacana
Analisis wacana merupakan sebuah reaksi terhadap bentuk linguistik tradisional yang bersifat formal (linguistik stuktural). Linguistik tradisional ini memfokuskan kajiannya pada pilihan unit-unit dan stuktur-stuktur kalimat tanpa memperhatikan analisis bahasa dalam penggunaannya. Berbeda dari linguistik tradisional, analisis wacana justru lebih memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan stuktur  pada level kalimat, misalnya hubungan ketatabahasaan. Bagi teks tertulis, analisis wacana yang dilakukan bertujuan untuk mengeksplisitkan norma-norma dan aturan-aturan bahasa yang implisit. Selain itu, analisis wacana juga bertujuan untuk menemukan unit-unit hierarkis yang membentuk suatu stuktur diskursif (Milis dalam Sobur, 2004).
Wacana merupakan satuan bahasa yang lengkap sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, berarti di dalam wacana itu terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang dapat dipahami tanpa keraguan oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) (Suladi, dkk, 2000:2). Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana adalah kesatuan bahasa yang lengkap yang membentuk kesatuan bahasa yang dapat berupa komunikasi dalam bentuk lisan ataupun tertulis.


5.2     Analisis Wacana Kritis
Analisis wacana kritis (AWK) merupakan penerapan analisis wacana dengan perspektif interdisipliner. Apabila analisis wacana hanya difokuskan pada penggunaan bahasa alamiah dengan analisis semata-mata bersifat linguistis, AWK berusaha menjelaskan penggunaan bahasa dikaitkan dengan perspektif disiplin lain, seperti politik, gender, dan faktor sosiologis lain. Dalam praktik analisisnya AWK memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa), tetap dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Beberapa sarana analisis wacana yang dimanfaatkan dalam AWK adalah stuktur makro, yang meliputi antara lain tematik: tema/topik; dan struktur mikro yang meliputi semantik, sintaksis, stilistik, dan retorik. Beberapa topik AWK yang penting adalah ideologi, pengetahuan, struktur, intraksi dan makna.
Teori analisis wacana kritis (AWK) dikembangkan oleh Teun A. Van Djik yang merupakan pelopor analisis wacana. Analisis wacana kritis merupakan perspektif baru dalam analisis wacana (biasa). Penerapan yang dilakukan AWK menggunakan pendekatan interdisipliner dengan proses penafsiran yang lebih sensitif dan kritis. Eriyanto dalam Purnomo (2006:18) juga menyatakan, analisis wacana kritis berusaha untuk memahami wacana bukan hanya dari aspek kebahasaannya saja, tetapi juga menghubungkan dengan konteks. Konteks di sini berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktek tertentu, termasuk didalamnya praktek kekuasaan.
Analisis wacana kritis dalam praktik analisisnya memanfaatkan sarana analisis wacana (biasa) tetapi dengan perspektif dan interpretasi yang lebih “dalam”. Analisis wacana kritis mendefinisikan teks dan percakapan pada situasi tertentu: wacana berada dalam situasi sosial tertentu. Meskipun demikian, tidak semua konteks dimasukkan dalam analisis, hanya yang relevan dan dalam banyak hal berpengaruh atas produksi dan penafsiran teks yang dimasukkan dalam analisis.
5.3      Ideologi
Ideologi adalah sistem kepercayaan yang dimiliki bersama oleh kelompok sosial (Purnomo, 2003:47). Teori tentang ideologi yang baru dan bersifat multidisiplin, yang didefinisikan sebagai fondasi perwujudan sosial bersama dari suatu kelompok sosial. Hal ini karena teks, percakapan, dan lainnya adalah bentuk dari praktik ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Teori-teori klasik tentang ideologi diantaranya mengatakan bahwa ideologi dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan meligitimasi dominasi mereka.
Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan memersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki sehingga tampak absah dan benar.
Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik, sedangkan struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil pengusaha.
Dalam suatu artikelnya, van Djik mengemukakan bahwa ada beberapa pendekatan tentang ideologi. Pendekatan yang lebih tradisional menyatakan bahwa ideologi didefinisikan secara negatif sebagai kepercayaan yang menyesatkan (misguised belief) atau kesadaran yang salah (false consciousness). Lebih lanjut dikatakan, dalam karya yang lebih mutakhir, seperti dalam ilmu politik dan psikologi sosial, ideologi didefinisikan hanya sebagai sistem kepercayaan (van Djik dalam Purnomo, 2006:12).
Seperti yang dikemukakan oleh van Djik, ideologi terutama dimaksudkan untuk mengatur masalah tindakan dan praktik individu atau anggota suatu kelompok. Ideologi membuat anggota dari suatu kelompok akan bertindak dalam situasi yang sama, dapat menghubungkan masalah mereka, dan memberikan kontribusi dalam membentuk solidaritas dan kohesi di dalam kelompok. Pengetahuan awal dari penulis sangat berkaitan dengan ideologi yang akan timbul dan memunculkan wacana yang juga akan memengaruhi pengetahuan dari konsumen atau pembaca. Ideologi mencakup dua jenis yaitu keberpihakan dan ketidakberpihakan.
Untuk keperluan analisis, Eriyanto dalam Purnomo (2006:19) menyederhanakan pandangan van Djik untuk analisis berita media massa sebagai berikut:
Sruktur wacana
Hal yang diamati
Elemen
Struktur Makro
Tematik:
Tema/topik yang dikedepankan dalam berita
Topik
Superstruktur
Skematik: bagaimana bagian dan urutan berita dikemaskan
Skema
Struktur Mikro
Semantik: makna yang ditekankan dalam teks berita

Sintaksis :   bagaimana bentuk kalimat yang digunakan

Stilistik: bagaimana pilihan kata yang digunakan

Retorik
Latar, detil, praanggapan,nominalisasi

Bentuk kalimat, koherensi,
kata ganti

Leksikon


Grafis,metafora,ekspresi

Eriyanto lebih menyederhanakan dan lebih sistematis. Walaupun demikian, apa yang dikemukakan oleh Eriyanto itu tidak mencakup keseluruhan aspek atau elemen yang digunakan oleh van Djik (1998b). Hal ini dikarenakan satuan tersebut hanya digunakan untuk analisis berita media massa seperti yang telah dilakukannya sendiri, sedangkan yang dikemukakan oleh van Djik itu digunakan untuk analisis bahasa politik, dan lebih komprehensif cakupannnya.
a.        Struktur Makro
Tematik : Tema/topik yang dikedepankan dalam berita
Tematik : gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Dominan,
sentral dan paling penting dalam isi berita.
b.        Superstruktur
Skematik : bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan
Skematik : alur dari pendahuluan sampai akhir. Terdiri dari 3 elemen yakni:
-          summary yang ditandai dengan dua elemen judul dan
-          lead/pengantar ringkasan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap
-          story yakni isi berita secara keseluruhan, yang mempunyai dua sub kategori yakni, proses atau jalannnya peristiwa, yang kedua komentar yang ditampilkan dalam teks.
c.        Struktur Mikro
Semantik : makna yang ditekankan dalam teks berita.
-          Latar  : bagian berita yang dapat mempengaruhi arti yang ditampilkan.
-          Detil  : strategi wartawan mengekspresikan sikapnya dengan cara yang implisit.
-          Praanggapan : Pernyataan yang digunakan untuk mendukung makna suatu teks, sebagai upaya mendukung pendapat dengan memberikan premis yang dipercaya kebenarannya.
-          Nominalisasi: Mengiplikasikan kesengajaan, mengubah nomina ke verba.
-          Sintaksis bagaimana bentuk kalimat yang digunakan (bentuk kalimat, aktif dan pasif, deduktif dan induktif).
-          Koherensi, jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks yang menggambarkan fakta yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern “dan/akibat”.
-          Kata ganti, menunjukkan posisi seseorang dalam wacana.
-          Stilistik : bagaimana pilihan kata yang digunakan. Leksikon, menandakan bagaimana seorang melakukan pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata yang tersedia.
-          Retorik
·           Grafis, bagian untuk memeriksa apa yang ditekankan atau ditonjolkan yang dianggap penting. Biasanya muncul lewat bagian tulisan yang dibedakan, seperti huruf tebal, miring, garis bawah, ukuran yang lebih besar, penggunaan grafik, gambar atau table.
·           Metafora, bisa menjadi petunjuk utama untuk mengerti makna suatu teks yang menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari-hari, peribahasa, pepatah, petuah leluhur, kata-kata kuno, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat-ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan  utama.
5.4         Surat Kabar
Menurut Poerwadarminta (2006:1164), surat kabar adalah koran; harian. Harian adalah surat kabar atau koran yang terbit tiap-tiap hari.
Media massa yang terdapat di masyarakat terdiri dari dua jenis, yaitu media massa elektronik (misalnya televisi, radio, dan sebagainya) dan media massa cetak (misalnya Koran/harian).
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa harian atau koran adalah suatu sarana informasi kepada khalayak berupa cetakan yang terbit setiap hari.
5.5         Tajuk Rencana
Tajuk rencana atau editorial adalah opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai institusi penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, atau kontroversial yang berkembang di masyarakat (www.kabarindonesia.com).
Opini yang ditulis pihak redaksi diasumsikan mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan. Teks wacana yang berupa tajuk pada umumnya diawali dengan hal-hal yang tidak pokok atau pendahuluan yang memberikan gambaran dan membawa pembaca pada jalan pikiran penulis dilanjutkan dengan analisis permasalahan. Pada bagian akhir, disimpulkan hasil penganalisisan permasalahan secara logis atau “klimaks” (Suladi, dkk. 2000:20).
6.          Metodelogi Penelitian
6.1  Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode lingustik deskriptif. lingustik deskriptif mencatat secara teliti semua fenomena kebahasaan yang senyatanya ada. Lingustik deskriptif meneliti dan memerikan semua sistem bahasa berdasarkan data yang sebenarnya terdapat. lingustik deskriptif meneliti dan memberikan keseluruhan sistem suatu bahasa tertentu sebagaimana adanya, berdasarkan fakta-fakta kebahasaan yang senyatanya.

6.2      Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah tajuk rencana surat kabar harian Sumatera Ekspres yang didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :
1.          Rubrik itu mencakup sebagian besar isi terbitan
2.          Rubrik itu diproduksi oleh pemilik media dan jajarannya
3.          Rubrik itu menggambarkan aspirasi lokal, nasional dan global
6.3     Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pustaka. Teknik pustaka yakni teknik yang mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sumber-sumber tertulis yang digunakan dipilih yang mencerminkan pemakaian bahasa sinkronis. Sumber-sumber tertulis itu terwujud majalah, surat kabar, karya sastra, buku bacaan umum, karya ilmiah, buku perundangan-undangan. Di dalam surat kabar biasanya terdapat ragam tajuk, ragam berita, dan ragam pojok.
6.4     Teknik Analisis Data
Teknik analisis data penelitian ini menggunakan prosedur yang sesuai dengan prosedur analisis wacana kritis seperti yang dikemukakan oleh Eriyanto dalam Purnomo (2006:19). Satuan analisis meliputi superstruktur, struktur makro dan struktur mikro.
6.5     Contoh Analisis Data
Pada tajuk rencana Sumatera Ekspres yang dikenal dengan Pandangan Kami edisi Kamis, 10 April 2008 memuat tentang “Peluang Daerah dalam UU Pelayaran”. Dilihat dari struktur makro, tema/topik yang dikedepankan adalah peluang daerah dari revisi UU tentang pelayaran yang membuat PT Pelabuhan Indonesia kehilangan hak monopoli. Pada superstruktur, urutan berita diawali dengan disahkan dalam sidang paripurna DPR revisi UU tentang pelayaran, kemudian demo di pelabuhan-pelabuhan Indonesia karena takut PT Pelabuhan Indonesia akan mem-PHK-kan karyawannya dan klimaksnya terjadinya konflik perebutan pengelolaan pelabuhan antara Pelindo dan daerah yang memiliki garis pantai dan pelabuhan. Struktur mikro, semantik: Pelindo kehilangan hak monopoli, mungkin akan terjadi PHK, dan retorik yang menonjolkan kata revisi pada awal kalimat karena semenjak diberlakukan revisi tersebut memicu adanya konflik antara Pelindo dan perusahaan swasta.
7.          Langkah dan Jadwal Penelitian
7.1      Langkah Penelitian
1.        Persiapan
a.        Studi pustaka
b.        Pembuatan rancangan penelitian
2.        Tahap pengambilan data
a.        Mencari dan mengumpulkan data berupa buku dan tajuk rencana pada surat kabar harian Sumatera Ekspres.
b.        Mendata ideologi berdasarkan analisis superstruktur, yaitu bagaimana isi berita diskemakan dari judul, lead, pokok berita, rincian, sampai penutup.
c.        Meneriksa data
d.        Pengelompokan data
3.        Tahap analisis data
a.        Mendata ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro
b.        Menganalisis ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro
c.        Menarik kesimpulan hasil analisis ideologinya dilihat dari (a) superstruktur ; (b) struktur makro, dan (c) struktur mikro.

7.2  Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
Bulan
Maret
April
Mei
1
Persiapan

X
 

X

X

  



2
Pengumpulan data



3
Pengolahan data

X

4
Penyusunan laporan


X
























































DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.
Januar, Roy. 2003. “Keefektifan Kalimat Pada Naskah Berita RRI Palembang Bulan Mei 2002”. Skripsi. Inderalaya: FKIP Universiitas Sriwijaya.
Poerwadarminta, WJS. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pujanarko, Imung. http//:www.kabarindonesia.com. Pengertian Tajuk Rencana atau Editorial dalam Media Massa. Diakses Minggu, 11 Mei 2008.
Purnomo, Mulyadi Eko. 2003. Analisis Wacana; Program Pascasarjana. Palembang: Universitas Sriwijaya.
Purnomo, Mulyadi Eko. 2006. Puspa Ragam Bahasa dan Sastra; Analisis Wacana Kritis: Perspektif Baru dalam Analisis Wacana. Palembang. Universitas Sriwijaya.
Shadily, Hasan dkk. 1992. Ensiklopedia Indonesia: Edisi Khusus (jilid 4). Jakarta: PT Ichtiar Baru-Van Hoeve.
Sobur, Alex. 2004. Analisis Teks Media. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suladi, dkk. 2000. Kohesi dalam Media Massa Cetak Bahasa Indonesia Studi Kasus Tentang Berita Utama dan Tajuk. Jakarta: Pusat Bahasa.



                               



Komentar

Postingan Populer