Generasi Muda Cinta “Bahasa”
Perkembangan bahasa sekarang ini sepertinya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Bahasa sebagai alat komunikasi membentuk dan merubah dirinya dalam berbagai rupa dan rasa. Terutama bahasa Indonesia yang sekarang banyak digabungkan dengan bahasa asing yang menimbulkan istilah dan makna baru sehingga slogan “Gunakan Bahasa Indonesia Baik dan Benar” nampaknya hanya menjadi cerita bagi generasi sekarang ini. Generasi yang kebanyakan menggunakan bahasa gabungan (bahasa Indonesia dan bahasa asing) lebih merasa bangga daripada menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa. Lebih lanjut lagi, tulisan ini akan memberikan gambaran tentang adanya perubahan bahasa, bahasa gabungan yang mendominasi generasi muda, dan aliran bahasa.
Perubahan bahasa yang dimaksud adalah masuknya
bahasa asing untuk di padukan dengan bahasa Indonesia sehingga menjadi suatu
kebiasaan bagi masyarakat umum. Bahasa yang biasa di padukan dengan bahasa
Indonesia adalah bahasa Inggris. Generasi muda cenderung lebih dominan
menggunakan bahasa Inggris yang di Indonesiakan, misalnya “Nanti siang kita meeting ya di tempat biasa”. Memadukan
kata meeting dengan bahasa Indonesia
tadi merupakan kalimat yang lumrah terdengar di telinga kita ketika hendak
mengadakan pertemuan. Seharusnya dapat
menggunakan kata ‘rapat’ atau ‘pertemuan’ saja sehingga tidak terkesan
menggunakan bahasa Indonesia yang tidak baik dan benar padahal yang
menggunakannya adalah generasi penerus bangsa.
Dari perubahan bahasa, sedikitnya telah nampak bahwa
adanya gabungan bahasa yang di gunakan oleh generasi muda. Contoh lainnya
adalah istilah bro, sista, man, ayam crispy, dan sebagainya. Istilah-istilah
itu telah menjadi biasa saja jika mereka bertemu di jalan “Hi..bro!”, “mbak, saya minta ayam crispy-nya satu”, “Intro!! Mantap bro…”. Sekilas penggunaan kalimat tersebut benar atau memang
dipaksa benar oleh kita. Istilah bro
merupakan kependekan dari brother
dalam bahasa Inggris yang biasanya digunakan generasi muda untuk menyatakan
sapaan kepada laki-laki. Ayam crispy
pun telah menjadi bahasa iklan yang memang dipakai di tempat makan bermerek
Amerika, tetapi di tempat makan lain, di gerobak-gerobak pun ada ayam crispy. Dengan istilah bro, sista, man, ayam crispy sekarang ini dirasakan lebih
akrab dan lebih enak terdengar daripada kita mendengar kata kakak, mas, bung,
kawan dan ayam renyah.
Dari perubahan bahasa hingga bahasa gabungan yang
mendominasi generasi muda tersebut sebenarnya telah menjadi kebiasaan bahasa
lisan kita untuk memudahkan (komunikasi).
Generasi muda kebanyakan mencoba menggabungkan bahasa-bahasa global
(Inggris) sebagai upaya pernyataan identitas diri untuk membangun sikap percaya
diri dan memunculkan aliran-aliran bahasa dalam bahasa Indonesia sehari-hari.
Aliran yang muncul biasanya disebut dengan bahasa gaul, bahasa alay, serta
bahasa versi facebook dan SMS. Contoh bahasa alay dengan logat khas yang sering terdengar, yaitu ‘elo-elo end’. Bahasa-bahasa yang di
gunakan pada aliran tersebut lebih banyak lagi dan untuk versi facebook
dan SMS bahasa Indonesia pun
terkadang di singkat sedemikian rupa sebagai upaya penghematan kata.
Salman menyatakan tanpa sadar penggunaan bahasa
tersebut telah mengaburkan identitas sebagai bangsa yang memliki bahasa dan
budayanya sendiri. Sehingga penggunaan pencampuran bahasa (Indonesia-Inggris)
melahirkan bahasa lokal dengan rasa global (Indonesia rasa Inggris) atau
sebaliknya.
Sebenarnya bahasa merupakan hal pokok yang tidak dapat
dirubah, di tambah, atau pun di singkat. Sebagai warga bangsa Indonesia
seharusnya generasi muda bangga telah mempunyai bahasa persatuan yaitu Bahasa
Indonesia. Dengan memadukan antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris
secara tidak langsung telah merubah bahasa, kebanyakan bahasa gabungan tersebut
di gunakan oleh generasi muda sehingga terkesan bahasa gabungan telah
mendominasi, dan kemunculan aliran bahasa yang dikembangkan oleh generasi muda
merupakan hal yang seharusnya dihindari karena hal tersebut dapat menghilangkan
atau menghalangi upaya untuk menggunakan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan
benar. Jadi, dari hal ini sebaiknya generasi muda dapat membedakan antara
informasi dan komunikasi. Bahasa yang disampaikan melalui lisan untuk berkomunikasi
dan menyampaikan informasi hendaknya tetap menggunakan bahasa Indonesia karena
dengan begitu generasi muda telah menampilkan budaya yang mengedepankan rasa
dalam bertutur. Generasi muda memang harus mengikuti kemajuan bahasa apalagi
bahasa global (Inggris), namun dalam hal ini untuk di pelajari bukan
dikembangkan menjadi suatu kebiasaan baru dan memunculkan aliran-aliran bahasa
baru.
Komentar
Posting Komentar