Aksiologi
AKSIOLOGI ILMU DAN
KEBUDAYAAN, PERKEMBANGAN ILMU DAN PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN NASIONAL
1.
Pendahuluan
Kebutuhan hidup manusia sangat banyak sekali. Untuk
memenuhi kebutuhan hidup itulah mendorong manusia melakukan berbagai tindakan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Ashley Montagu dalam Suriasumantri (2001:261) kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadap kebutuhan hidupnya. Maslow dalam Suriasumatri (2001:262)
mengidentifikasi lima kelompok kebutuhan manusia yaitu kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri
dan pengembangan potensi. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia tidak
dapat bertindak secara otomatis , secara instinktif namun diimbangi manusia
dengan belajar, berkomunikasi dan menguasai objek-objek yang bersifat fisik.
Manusia mempunyai budi yang merupakan pola kejiwaan
yang berisi dorongan dorongan hidup yang dasar,
perasaan dengan pikiran kemauan dan fantasi. Budi inilah yang
menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam
sekitarnya, pilihan inilah yang menjadi isi kebudayaan.
Nilai nilai budaya yang merupakan jiwa dari
kebudayaan yang diwujudkan dalam tata hidup yang merupakan bagian dari kegiatan
manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Kebudayaan berarti
buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni alam dan zaman yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya yang bersifat
tertib dan damai.
Disamping itu nilai budaya dan tata hidup manusia
ditopang oleh sarana kebudayaan. Sarana kebudayaan ini pada dasarnya merupakan
perwujudan yang bersifat fisik yang merupakan produk dari kebudayaan atau alat
yang memberi kemudahan dalam kehidupan. Untuk mewujudkannya diperlukan
pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam kebudayaan diperoleh
manusia secara sadar lewat proses belajar.
Lewat proses belajar inilah diteruskan kebudayaan
dari generasi yang satu ke generasi selanjutnya artinya kebudayaan yang telah
lalu bereksistensi pada masa kini dan kebudayaan masa kini disampaikan ke masa
yang akan datang. Semuanya dilalui melalui proses pendidikan.
Dewasa ini ilmu menjadi sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari, seolah-olah manusia sekarang tidak dapat hidup tanpa
ilmu pengetahuan. Kebutuhan manusia yang paling sederhana pun sekarang
memerlukan ilmu. Ilmu adalah dari pengetahuan. Untuk mendapatkan ilmu
diperlukan cara-cara tertentu, ialah adanya suatu metode dan mempergunakan
sistem, mempunyai objek formal dan objek material.
Seiring perjalan waktu, ilmu dan teknologi menjadi
pengembangan utama bidang ilmu dan secara tidak langsung , kebudayaan kita
tidak akan terlepas dari pengaruhnya, sehingga kita harus ikut memperhitungkan
hal ini. Bagaimana peranan ilmu sebagai
sumber nilai dapat ikut mendukung pengembangan kebudayaan Nasional. Bentuk pendidikan yang bagaimana yang harus
kita berikan kepada generasi berikutnya agar proses pendidikan kita
dapat mengatasi gejala-gejala yang berpengaruh dari segi nilai-nilai budaya,
sebab objek inilah yang merupakan dasar ideal bagi perwujudan kebudayaan pada
generasi yang akan datang.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistimatis
dalam membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian dan
kemampuan fisiknya. Maka, kita perlu menelaah dan meramalkan skenario pada masyarakat
kita yang akan datang. maka masalah pertama yang dihadapi oleh pendidikan ialah menerapkan
nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri generasi-generasi. Upaya yang dapat
dilakukan dengan mengembangkan nilai-nilai budaya dan mewariskan pendidikan nilai-nilai dasar dalam kebudayaan. Nilai-nilai budaya ini kelak akan berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat.
2.
Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai dan logos
berarti teori (Heryadi, http://file:/F:/aksiologi-ilmu-dan-kebudayaan.html
diakses pada 30 November 2011). Dalam Encyclopedia of
Philosophy
yang dikutip Bakhtiar (2005:165),
aksiologi disamakan dengan value and
valuation yang berarti nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang
dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan
estetika.
Makna etika merupakan suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan-perbuatan manusia. Sedangkan, estetika
berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia
terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
2.1 Ilmu dan Kebudayaan
2.1.1 Ilmu
Ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur dari
kebudayaan. Menurut
Talcot Parsons yang dikutip Suriasumantri (2001:272), ilmu dan kebudayaan,
keduanya saling mendukung satu sama lain, dalam beberapa tipe masyarakat ilmu dapat berkembang
dengan pesat. Demikian pula sebaliknya, masyarakat tersebut tak dapat
berfungsi dengan wajar tanpa didukung perkembangan yang sehat dari ilmu dan
penerapan.
Ilmu
dan kebudayaan berada pada posisi yang saling tergantung dan saling
mempengaruhi. Pada satu pihak perkembangan ilmu dalam suatu masyarakat
tergantung dari kondisi kebudayaannya. Sedangkan di pihak lain, pengembangan
ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.
Ilmu menurut The Liang Gie (dalam Heryadi,
http://file:/F:/aksiologi-ilmu-dan-kebudayaan.html
diakses pada 30 November 2011) adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang
mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional
empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya dan keseluruhan pengetahuan
sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin dimengerti manusia.
Tertuang dalam bagan berikut :
Aktivitas
Metode
Metode
Pengetahuan
Dari
bagan tersebut memperlihatkan bahwa ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan akhirnya
aktivitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis. Ilmu sebagai aktivitas
ilmiah dapat berwujud penelaahan, penyelidikan, usaha menemukan atau pencarian.
Oleh karena itu pencarian biasanya dilakukan berulang-ulang. Maka dalam dunia
ilmu kini dipergunakan istilah penelitian untuk aktivitas ilmiah yang paling
berbobot guna menemukan pengetahuan baru.
2.1.2 Kebudayaan
Kebudayaan
berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti budi atau akal. Dengan
demikian kebudayaan dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan akal (dalam
Heryadi, http://file:/F:/aksiologi-ilmu-dan-kebudayaan.html
diakses pada 30 November 2011). Berikut ini beberapa pengertian kebudayaan dari
para ahli yaitu :
1. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah
budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat yakni
alam dan zaman (kodrat dan manusia) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupan
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.
2. Sultan Takdir
Alisyahbana
Kebudayaan adalah
manifestasi dari cara berpikir sehingga menurutnya pola kebudayaan itu sangat
luas sebab semua laku dan perbuatan tercangkup di dalamnya dan dapat
diungkapkan pada basis dan cara berpikir termaksud di dalamnya perasaan karena
perasaan juga merupakan maksud dari pikiran.
3. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
4.
A.L Kroeber dan C. Kluckhohn
Kebudayaan
adalah manifestasi atau penjelmaan kerja jiwa manusia dalam arti seluas-luasnya
5. Malinowski
Kebudayaan pada
prinsipnya berdasarkan atas berbagai sistem kebutuhan manusia. Tiap tingkat
kebutuhan itu menghadirkan corak budaya yang khas. Misalnya guna memenuhi
kebutuhan manusia akan keselamatannya maka timbul kebudayaan yang berupa
perlindungan yakni seperangkat budaya dalam bentuk tertentu seperti lembaga
kemasyarakatan.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa kebudayaan adalah cara berpikir manusia yang diwujudkan dalam bentuk
tindakan yang didasari oleh perasaan dan nilai-nilai. Nilai-nilai kebudayaan
adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari segenap wujud kebudayaan.
Selain nilai budaya kebudayaan juga diwujudkan dalam tata hidup yang merupakan
kegiatan manusia yang mencerminkan nilai budaya yang dikandungnya. Nilai budaya
bersifat abstrak sedangkan tata hidup bersifat real (nyata). Kegiatan manusia dapat ditangkap oleh panca indera
sedangkan nilai budaya hanya tertangguk oleh budi manusia. Keseluruhan yang
dipaparkan diatas sangat erat kaitannya dengan pendidikan, sebab semua materi
yang terkandung dalam suatu kebudayaan diperoleh manusia dengan sadar lewat
proses belajar, secara belajarlah yang membuat transfer kebudayaan dari
generasi yang satu kegenerasi berikutnya. Dengan demikian kebudayaan diteruskan
dari waktu kewaktu: kebudayaan yang telah lalu bereksitensi pada masa kini,
kebudayaan masa kini disampaikan ke masa yang akan datang.
2.1.3 Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Vernon dan Lindsey
dalam Suriasumantri (2001:263) mengidentifikasikan enam nilai dasar dalam
kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik dan agama.
a.
Nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti
rasionalisme, empirisme dan metode ilmiah.
b.
Nilai ekonomi adalah kegunaan dari berbagai benda dalam memenuhi kebutuhan
manusia.
c.
Nilai estetika adalah berhubungan dengan keindahan dan segi segi artistik yang
menyangkut antara lain bentuk , harmoni dn wujud kesenian lainnya yang memberi
kan kenikmatan kepada manusia.
d.
Nilai sosial adalah nilai berorientasi kepada hubungan antar manusia dan
penekanan segi segi kemanusiaan yang luhur.
e.
Nilai politik adalah kegiatan yang berpusat kepada kekuasaan dan pengaruh baik
dalam kehidupan masyarakat maupun dunia politik
f.
Nilai Agama adalah penghayatan yang bersifat mistik dan trasedental dalam usaha
manusia untuk mengerti dan memberi arti bagi kehadirannya di muka bumi.
Dari penggolongan diatas maka masalah pertama yang
dihadapi oleh pendidikan ialah menerapkan nilai-nilai budaya apa saja yang
harus dikembangkan dalam diri anak-anak kita.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistimatis dalam
membantu anak didik untuk mengembangkan pikiran, kepribadian dan kemampuan
fisiknya. Dan anak didik kita memang memerlukan pendidikan yang utuh, artinya
pendidikan harus sesuai dan relevan dengan kebudayaan dan zaman si anak, namun
pada kenyataannya pendidikan ternyata tidak relevan dengan zaman dan kebudayaan
anak tersebut dimasa depan. Karena masih banyak pola pendidikan kita yang
konvensional dan tidak memberi nilai lebih bagi anak.Tetapi untuk menentukan
nilai mana yang patut didapatkan anak didik, maka kita perlu menelaah dan
meramalkan skenario pada masyarakat kita yang akan datang.
Skenario masyarakat Indonesia dimasa yang akan datang
dapat coba kita ramalkan,dengan memperhatikan semua indikator yang ada dan
berkembang saat ini di masyarakat kita, maka diduga masyarakat yang akan datang
akan cenderung berkarakter sebagai berikut :
1.
Berubah
dari masyarakat rural agraris kemasyarakat yang urban dan bersifat industri
2. Pengembangan kebudayaan kearah perwujudan peradaban yang
berdasar Pancasila.
Dibanding masyarakat tradisional,masyarakat modern lebih
memiliki indikator sebagai berikut :
a. Bersifat analitik,artinya setiap aspek kehidupan
berdasarkan pada aspek efisiensi baik secara teknis maupun ekonomis.
b. Individual,artinya kurang bersifat komunal terlebih
dari sudut pandang pengembangan potensi manusiawi.
Indikator pertama memberikan tempat yang penting kepada
nilai teori dan nilai ekonomi, nilai teori berkaitan dengan aspek penalaran
ilmu dan teknologi. Sedangakan nilai ekonomi berpusat kepada penggunaan sumber
dan benda ekonomi secara lebih efektif dan efisien berdasarkan pola kebutuhan
masyarakat. Indikator kedua menimbulkan pergeseran dalam nilai sosial dan nilai
kekuasaan politik. Kedua indikator ini harus lebih berorientasi pada
kepercayaan pada diri sendiri serta keberanian mengambil keputusan.
Dalam masyarakat modern semua aspek kehidupan dan
bermasyarakat pengambilan keputusan didapatkan pada hasil pemikiran dan
pertimbangan yang matang, sehingga dalam masyarakat modern pengambilan
keputusan dengan menggunakan instuisi, perasaan dan tradisi makin berkurang dan
meskipun masih dikerjakan namun relatif lebih rendah.
Dengan demikian secara berangsur-angsur pola kehidupan
masyarakat tradisional yang lebih mengedepankan status akan beralih menjadi
masyarakat modern yang berorientasi pada prestasi. Persaingan akan lebih tampak
umpamanya saja dalam mencari tempat dalam sistem pendidikan dan mencari
pekerjaan dimana gejala ini sudah kita rasakan sekarang ini.
Untuk terjun ke gelanggang yang keras ini manusia harus
dibekali dengan kepercayaan pada diri sendiri serta persiapan mental dan
kemampuan untuk bersaing. Tanpa kelengkapan ini maka dia akan tersingkir dan
gagal menjadi anggota masyarakat yang berguna.
Pengembangan kebudayaan nasional harus ditujukan kearah
terwujudnya suatu peradaban yang mencerminkan aspirasi dan cita-cita bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan filsafat dan pandangan hidup bangsa Indonesia
merupakan dasar perngembangan peradaban tersebut. Namun untuk mengembangkan
peradaban tersebut diperlukan nilai khusus yang bernama kreatifitas,
Kreatifitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari pemecahan baru
terhadap suatu masalah.
Nilai agama berfungsi sebagai sumber moral bagi segenap
kegiatan .Hakikat semua upaya manusia dalam lingkup kebudayaan haruslah
ditujukan untuk meningkatkan martabat manusia, sebab kalau tidak maka hal ini
bukanlah proses pembudayaan melainkan dekadensi, keruntuhan peradaban. Dalam
hal ini agama merupakan kompas dan tujuan, kalau ilmu bersifat nisbi dan
pragmatis maka agama adalah mutlak dan abadi. Kiranya tak ada orang yang lebih
tepat selain Albert Einstein untuk mengungkapkan hakikat ini dengan kata kata,
” Ilmu tanpa agama adalah buta, agama tanpa ilmu adalah lumpuh”.
2.2 Perkembangan Ilmu
dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan
pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan merupakan seperangkat
sistem nilai, tata hidup dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan
nasional merupakan kebudayaan yang
mencerminkan aspirasi dan cita-cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan
kehidupan bernegara
Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu
mempunyai peranan ganda. Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselenggaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, ilmu merupakan sumber
nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa. Pengkajian pengembangan
kebudayaan nasional tidak dapat terlepas dari pengembangan ilmu (Suriasumantri,
2001:272).
a. Ilmu Sebagai Suatu Cara
Berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang
memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria utama,
yaitu :
- Pernyataan harus logis
- Didukung fakta empiris (berdasarkan pengalaman)
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama
setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari fakta-fakta
empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat
menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
- Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
- Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
- Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
- Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka
disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional,logis,objektif, dan terbuka yang kesemuanya itu dilandasi oleh sifat
kritis (Suriasumantri, 2001:274).
b. Ilmu sebagai Asas
Moral
Kebenaran
bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam
meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak
mengabdi kepada golongan politik atau kelompok lain, secara internasional kaum
ilmuwan tidak mengabdi kepada ras, ideologi, dan faktor–faktor pembatas lainnya,
dua karakteristik ini merupakan asas moral bagi ilmuwan yakni meninggikan
kebenaran dan pengabdian secara universal. Dalam kenyataannya pelaksanaan asas
moral ini tidak mudah sebab tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan
ilmiah ini di pengaruhi oleh struktur kekuasaan dari luar. Menurut Bachtiar dalam Suriasumantri
(2001:275), lebih menonjol lagi pada negara yang sedang berkembang, karena
sebagian besar kegiatan keilmuan merupakan kegiatan aparatur negara. Artinya
dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang
ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam
pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari
kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu. Hal ini sering menempatkan
ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa yang mungkin
mempunyai kriteria kebenaran yang lain.
Pengembangan kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah
perubahan kebudayaan konvensional ke arah yang lebih aspirasi.
Ilmu bersifat mendukung budaya nasional maka perlu
meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita. Suriasumantri
(2001:278-279) mengemukakan beberapa langkah untuk meningkatkan peranan dan
kegiatan keilmuan pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut.
- Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
- Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
- Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
- Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
- Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
- Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi
masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.
3.
Penutup
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan
pengetahuan merupakan unsur dari kebudayaan. Kebudayaan yang merupakan
seperangkat sistem nilai , tata hidup, dan sarana bagi manusia dalam kehidupannya.
Dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional ilmu
mempunyai peranan ganda; Pertama, ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
terselengaranya pengembangan kebudayaan nasional. Kedua, Ilmu merupakan sumber
nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Oleh sebab itu ilmu dapat diperoleh manusia lewat
kegiatan belajar melalui pendidikan. Pendidikan harus memuat nilai nilai budaya
yang merupakan kebudayaan bangsa Indonesia dalam bentuk kebudayaan nasional.
Sehingga pendidikan harus berisi ilmu yang yang mendukung terselengaranya
pengembangan kebudayaan nasional dan merupakan sumber nilai yang mengisi
pembentukan watak suatu bangsa.
Untuk melakukan proses pendidikan dan menerapkan
nilai-nilai budaya apa saja yang harus dikembangkan dalam diri anak-anak kita
dengan membekali mereka ilmu dengan nilai nilai budaya yang erat kaitannya
dengan kehidupan bangsa Indonesia yang merupakan kebudayaan nasional. Dalam
proses pendidikan ada enam nilai yang harus diberikan kepada anak didik kita
yaitu : nilai teori, ekonomi, estitika, sosial, politik dan agama.
Kebudayaan nasional merupakan kebudayaan yang
mencerminkan aspirasi dan cita cita suatu bangsa yang diwujudkan dengan
kehidupan bernegara. Pengembangan kebudayaan nasional merupakan bagian dari
kegiatan suatu bangsa , baik disadari atau tidak maupun dinyatakan secara
eksplisit atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar,
Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Heryadi.
2008. Aksiologi Ilmu dan Kebudayaan,
Perkembangan Ilmu dan Kebudayaan. Diakses di http://file:/F:/aksiologi-ilmu-dan-kebudayaan.html pada
30 November 2011
Komentar
Posting Komentar